TEMPO.CO, Jakarta - Saat akan membeli pakaian, tentu saja hal utama yang diperhatikan adalah ukuran. Sebab bagaimana kita akan memakai apabila ukuran tak pas di tubuh? Rasanya akan percuma apabila membeli pakaian bagus, tetapi tidak nyaman dikenakan.
Tak jarang terdapat pakaian yang ukurannya cukup di tubuh kita, tetapi ternyata di toko lain tidak cukup, padahal keduanya memiliki ukuran pakaian yang sama. Ukuran pakaian di setiap toko dapat berbeda-beda. Selain karena cara pengukuran yang beda, bisa jadi karena vanity sizing.
Dilansir dari Fit Analytics, sebelum adanya vanity sizing, pakaian diproduksi hanya untuk individu sehingga harus memesan terlebih dahulu. Sampai akhirnya, pada tahun 1800-an mulai ada produksi pakaian secara masif dikarenakan untuk seragam perang.
Mengutip dari Size Charter, vanity sizing adalah melabeli sebuah pakaian dengan ukuran yang lebih kecil dari yang sebenarnya. Sebagai contoh, sebuah merek melabeli “ukuran 8” pada celana dengan lingkar pinggang 28 inch, tetapi merek lain melabelinya dengan “ukuran 4”. Seseorang cenderung akan memilih merek dengan ukuran yang “lebih kecil”.
Dalam Journal of Consumer Psychology, memilih ukuran yang lebih kecil membuat seseorang merasa tubuhnya kecil, terutama bagi mereka yang tidak memiliki kepercayaan diri yang cukup. Oleh karena itu, memilih ukuran yang tampak lebih kecil membuat mereka merasa lebih baik.
Penelitian tersebut mengatakan apabila konsumen mengenakan sesuatu yang membuat mereka merasa lebih baik, maka mereka akan membelinya lagi. Begitu juga sebaliknya.
VIOLA NADA HAFILDA
Baca: Asal Usul Standar Ukuran Pakaian, Mengapa Ada S, M dan XL?
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.