TEMPO.CO, Jakarta - Beberapa ahli menyarankan untuk tidak melakukan douching karena vagina yang sehat membersihkan sendiri. Dokter kebidanan dan kandungan Stacy Henigsman, mengatakan vulva, alias area di luar vagina Anda (yang meliputi klitoris dan labia) tidak memiliki mekanisme pembersihan sendiri. Sebab itu Anda dapat membersihkan area tersebut—terutama setelah berhubungan seks. Anda mungkin juga merasa perlu menyegarkan diri setelah berolahraga berat, hari yang panas, atau jika Anda sedang menstruasi, dengan sabun kewanitaan.
Tapi ketika ingin memberikan sedikit penyegaran pada bagian bawah vulva, Anda harus memastikan produk yang aman dan tidak menyebabkan iritasi. Faktanya, banyak yang mencuci vulva mereka dengan air hangat, yang normal dan baik untuk dilakukan—Anda tidak perlu menggunakan sabun untuk membersihkan area tersebut. Jika Anda memilih untuk menggunakan sabun, ketahuilah bahwa sebagian besar sabun biasa yang boleh digunakan untuk tubuh mungkin tidak cocok untuk vulva.
Baca juga:
"Seseorang akan memilih sabun mandi wanita daripada sabun biasa karena sabun standar atau gel mandi biasanya terlalu keras untuk vulva," kata Dr. Henigsman, seperti dilansir dari laman Well and Good. Satu hal yang perlu diperhatikan adalah bahwa sabun batangan bersifat basa, dan karena vagina dan vulva Anda sedikit asam, sabun biasa dapat merusak keseimbangan dan bahkan dapat menghilangkan bakteri baik.
"Lactobacilli adalah bakteri bermanfaat yang membuat lingkungan vagina menjadi asam dan membantu mencegah pertumbuhan bakteri berbahaya," kata Dr. Henigsman. "Sifat alkali dari sabun biasa dapat mengupas kulit vulva dan membuatnya teriritasi, tetapi juga dapat membunuh Lactobacilli yang membantu membuat wanita lebih rentan terhadap infeksi bakteri dan jamur." Sebab itu, tidak semua pembersih kewanitaan sama baiknya, jadi Dr. Henigsman merekomendasikan untuk memeriksa daftar bahan di bawah ini dan hindari menggunakannya pada miss V Anda.
8 bahan yang harus dilewati dalam sabun kewanitaan Anda
Sabun: "Sabun biasa tidak ramah pH untuk area vulva dan dapat menyebabkan kekeringan dan iritasi. Hindari sabun biasa sama sekali jika Anda bisa," kata Dr. Henigsman.
Sulfat (Sodium Lauryl Sulfate): "Sulfat adalah senyawa yang bertindak sebagai deterjen dan bahan pembusa. Ini adalah bahan utama dalam sampo, sabun mandi, dan sabun mandi. Sulfat ini telah terbukti mengiritasi kulit, terutama kulit vulva yang halus," katanya.
Paraben: "Paraben adalah sekelompok bahan kimia yang banyak digunakan sebagai pengawet buatan dalam kosmetik dan produk perawatan tubuh. Mereka diketahui menyebabkan iritasi kulit dan dermatitis kontak pada individu dengan kulit sensitif," kata Dr. Henigsman.
Parfum atau Wewangian Sintetis: "Pewangi dan parfum sintetis dapat mengandung ratusan bahan kimia. Bahan kimia ini dapat menyebabkan iritasi kulit yang parah dan dapat mengubah pH vulva dan area vagina yang dapat membuat wanita lebih rentan terhadap infeksi vagina," kata Dr. Henigsman. .
Pengawet seperti Formaldehida: "Pengawet ini dapat mengiritasi area vulva yang halus."
Gliserin: "Gliserin adalah produk gula yang dapat meningkatkan produksi ragi dan membuat Anda rentan terhadap infeksi ragi."
Minyak Mineral: "Ini dapat mengubah pH vagina dan infeksi dapat terjadi," kata Dr. Henigsman.
Pewarna: "Pewarna dapat mengiritasi kulit vulva yang halus."
Baca juga: Alasan Dokter Tak Anjurkan Wanita Pakai Pembersih Organ Intim
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik Tempo.co Update untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram lebih dulu.