TEMPO.CO, Jakarta - Beberapa ahli mengungkapkan salah satu cara menjaga kesehatan otak adalah dengan makan makanan tinggi antioksidan, serat, dan lemak sehat. Namun yang paling adalah menghindari makanan atau camilan yang memiliki indeks glikemik tinggi, yang kaya akan karbohidrat olahan.
Melansir laman Real Simple, dari sebuah penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Alzheimer's & Dementia menemukan bahwa orang yang makan camilan sore harian tinggi karbohidrat olahan lebih mungkin mengalami demensia atau penyakit Alzheimer di kemudian hari daripada rekan-rekan mereka yang memilih camilan rendah karbohidrat.
Untuk menentukan ini, para peneliti menggunakan data dari Three-City Study, kelompok berbasis populasi Prancis yang terdiri dari 9.294 orang berusia 65 tahun ke atas. Mereka memilih subsampel yang representatif dari 2.777 orang dari kelompok ini untuk mengisi kuesioner frekuensi makanan untuk sarapan, makan siang, makan malam, dan makanan ringan di antara waktu makan. Setiap makanan yang dikonsumsi dinilai indeks glikemik-nya.
Dengan mempertimbangkan tingkat aktivitas, asupan kalori total, diet seperti Mediterania (ukuran kualitas diet mereka) dan status diabetes tipe 2, para ilmuwan menemukan bahwa total beban glikemik harian dan beban glikemik saat sarapan, makan siang, dan makan malam tidak terkait dengan risiko demensia dan penyakit Alzheimer pada saat tindak lanjut 12 tahun mereka. Satu-satunya acara makan dengan kandungan glikemik tinggi yang penting adalah camilan sore.
Mereka percaya bahwa makanan ringan yang berdiri sendiri ini — seperti permen, sereal, kue, dan soda — dapat menyebabkan lebih banyak stres oksidatif di dalam tubuh karena dicerna dengan cepat dan dikonsumsi sendiri (misalnya, tanpa lauk kaya serat atau dressing berbasis lemak sehat) dibandingkan dengan makanan yang lebih seimbang. Akibatnya, dapat meningkatkan gula darah dan menciptakan "lingkungan yang menguntungkan untuk resistensi insulin," catat para peneliti. Jadikan itu kebiasaan sore hari, dan ini bisa menyebabkan peradangan kronis dan gangguan penyerapan glukosa—dua faktor yang terkait dengan risiko penyakit Alzheimer dan demensia.
"Selama makan, karbohidrat jarang dicerna sendiri, dan tingkat degradasi dan penyerapannya selama pencernaan dimodifikasi oleh makronutrien lainnya," catat para ilmuwan, dan menunjukkan detail menarik tentang cara terbaik untuk makan. "Urutan asupan makronutrien makanan juga mengubah respons glikemik dan insulinemik," kata mereka. Resistensi insulin lebih mungkin terjadi "ketika karbohidrat indeks glikemik tinggi (misalnya, nasi) dimakan terlebih dahulu dan kemudian sayuran dan daging, dibandingkan dengan makan semua makanan ini bersama-sama."
Piring penuh warna yang penuh dengan makanan utuh penting setiap saat sepanjang hari, tetapi penelitian ini adalah pengingat kuat bahwa keseimbangan sangat penting tidak hanya saat makan, tetapi juga untuk camilan.
"Makan karbohidrat yang lebih kompleks dan menjaga makanan dan camilan seimbang dengan serat, lemak, dan protein—selain karbohidrat itu—dapat membantu menjaga keseimbangan gula darah," kata Victoria Seaver, ahli diet terdaftar dan wakil editor digital EatingWell. "Ini adalah strategi yang sehat untuk semua orang untuk kesehatan secara keseluruhan, selain kesehatan kognitif."
Baca juga: Teh Chamomile dan 6 Camilan Penunda Lapar Jelang Tidur
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.