TEMPO.CO, Jakarta - Banyak orang berjuang dengan gejala kronis yang tidak dapat dijelaskan tanpa menyadari bahwa autoimun mungkin menjadi penyebabnya. Menurut ahli pengobatan fungsional William Cole yang telah berpengalaman dengan banyak pasien, semuanya berada di apa yang saya sebut "Spektrum Peradangan Autoimun." Salah satu faktor terpenting yang dipertimbangkan pasien ini adalah diet.
Keto, paleo, karnivora, dan GAPS adalah diet populer yang ditujukan untuk menurunkan peradangan dan mengatasi disfungsi mendasar yang berkontribusi pada kondisi autoimun.
Diet AIP (Autoimmune Protocol Diet) sejauh ini paling populer untuk masalah autoimun karena bekerja untuk menghilangkan hampir setiap makanan yang berpotensi memicu peradangan selama minimal 90 hari sebelum memperkenalkan kembali makanan pada jadwal yang ditetapkan untuk melihat makanan apa yang tubuh Anda melakukannya dengan baik.
"Dalam buku saya The Inflammation Spectrum, saya memandu Anda melalui versi saya dari rencana ini, yang disebut Elimin8. Dalam rencana ini, Anda menghabiskan delapan minggu menghilangkan makanan berikut sebelum memperkenalkan kembali makanan, satu per satu, sambil juga condong ke gaya hidup anti-inflamasi," ujarnya Cole.
Melansir laman Mind Body Green berikut ini beberapa makanan yang harus dihindari penderita auto imun:
- Biji-bijian (bahkan yang tanpa gluten)
- Produk susu
- Pemanis tambahan (semua jenis, termasuk stevia)
- Minyak inflamasi (jagung, kedelai, kanola, sayuran, dan lainnya.)
- Legume
- Kacang-kacangan dan biji-bijian
- Telur
Setelah fase reintroduksi, kebanyakan orang sedang dalam perjalanan untuk memperbaiki gejala. Kemungkinannya adalah, Anda akan tahu makanan apa yang menyebabkan masalah Anda, dan Anda akan mengalami pengurangan gejala yang hanya akan berlanjut setelah Elimin8.
Tetapi bagi sebagian orang, hal itu tidak selalu terjadi, yang dapat membuat Anda frustrasi dan ingin mendapatkan jawaban. Pada kenyataannya, itu hanya berarti Anda mungkin memiliki beberapa kepekaan yang kurang umum yang belum ditunjukkan.
William Cole menambahkan ada beberapa kepekaan tambahan yang dia perhatikan dengan para pasiennya.
1. Histamin
Histamin adalah bahan kimia dalam tubuh Anda yang diproduksi sebagai respons terhadap alergen. Tubuh Anda memproduksi sel darah putih yang disebut sel mast untuk melepaskan histamin selama respons imun inflamasi terhadap alergen. Histamin N-methyltransferase (HNMT) dan diamin oksidase (DAO) adalah dua enzim yang memecah histamin.
Jika ada kekurangan enzim ini, seseorang bisa mengalami histamin overflow atau intoleransi histamin. Intoleransi histamin pada dasarnya adalah reaksi alergi tanpa alergen, kadang-kadang disebut "alergi semu." Gejala khas intoleransi histamin mirip dengan reaksi alergi, seperti ruam, kesulitan bernapas, dan pilek, tetapi juga termasuk masalah pencernaan atau nyeri sendi. Beberapa makanan tinggi histamin meliputi: kaldu tulang, makanan fermentasi (seperti asinan kubis, kimchi, kombucha), keju, cokelat, jamur, kacang-kacang, daging asap, bayam.
2. FODMAPS
Akronim ini adalah singkatan dari Fermentable Oligosaccharides, Disaccharides, Monosaccharides, and Polyols, atau singkatnya, gula yang dapat difermentasi. Fermentasi melepaskan gas hidrogen yang dapat menyebabkan distensi usus, yang dapat menyebabkan gejala sindrom iritasi usus yang tidak nyaman pada beberapa orang, seperti nyeri, gas, kembung, sembelit, dan diare. Ini akan dianggap sebagai intoleransi FODMAP dan cenderung terkait dengan masalah fungsional seperti pertumbuhan berlebih bakteri usus kecil (SIBO). Beberapa makanan FODMAP meliputi artichoke, asparagus, pisang, kubis, bawang putih, bawang bombay, jamur, Sauerkraut, dan legume.
3. Makanan "berjamur"
Beberapa jenis jamur melepaskan mikotoksin, atau racun jamur, yang dapat menyebabkan peradangan. Beberapa orang dengan masalah autoimun mungkin mengalami kesulitan membuangnya, dan itu dapat memperburuk gejala. Beberapa makanan yang tinggi mikotoksin (terutama versi nonorganik) meliputi beras, kopi, kacang-kacangan, buah kering, daging olahan dan jagung.
Ingat, kesehatan adalah sebuah perjalanan dan tidak boleh memiliki pendekatan "satu ukuran untuk semua". "Jika Anda berjuang dengan autoimun dan telah mencoba menghilangkan makanan sebelumnya, saya mendorong Anda untuk mengambil satu langkah lebih jauh dan melihat apakah satu (atau beberapa) dari kepekaan yang kurang umum ini mungkin berkontribusi," tambah Cole. Bekerja dengan dokter selama proses ini juga dianjurkan.
Baca juga: Pengidap Autoimun Kulit Tak Boleh Asal Pakai Produk Skincare, Ini Saran Dokter
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.