TEMPO.CO, Jakarta - Sindrom ovarium polikistik (PCOS) banyak dialami perempuan di masa sekarang karena perubahan gaya hidup dan diet. Aktivitas fisik berkurang dan jadwal kerja dari rumah yang padat serta kelas online untuk gadis dan wanita muda, rutinitas dan diet harian mereka telah berubah sehingga bisa menyebabkan obesitas.
Konsultan ginekologi Rumah Sakit Cloud Nine, India, Ritu Sethi, mengatakan bahwa hal tersebut memililiki konsekuensi luas pada kehidupan perempuan.
PCOS adalah gangguan endokrin (hormonal) yang dialami 1 dari 8 wanita antara usia 12 hingga 45 tahun. Ketidakseimbangan hormon ini memiliki efek bahkan di luar kehidupan reproduksi wanita.
“Pada PCOS, kista berukuran kecil terbentuk di ovarium yang menyebabkan peningkatan ukuran ovarium (ukuran ovarium normal adalah sebesar almond). Ukurannya dapat lebih besar hingga hampir dua kali lipat," kata dia, dikutip dari India Express, Minggu 5 September 2021.
Karena peningkatan ukuran ini, ovarium mulai melepaskan hormon abnormal. Alih-alih hormon wanita normal, ovarium mulai memproduksi hormon pria terutama testosteron.
Hormon pria abnormal yang dilepaskan oleh ovarium ini menyebabkan pertumbuhan rambut di wajah, jerawat, rambut rontok di kulit kepala, siklus menstruasi yang tidak normal dan bahkan dapat menyebabkan sulit hamil. Ketidakteraturan menstruasi dapat berkisar dari menstruasi yang jarang dan sedikit hingga siklus menstruasi yang berat atau tidak teratur.
Bukan hanya perubahan siklus ini yang mengkhawatirkan, PCOS juga merupakan penyebab diabetes tipe 2 di masa mendatang dan diabetes selama kehamilan. Ini juga dapat menyebabkan keguguran dini pada kehamilan karena perubahan lingkungan hormonal. Kemungkinan lain adalah muncul hipertensi, penyakit serebrovaskular dan stroke juga tinggi karena tingginya kadar lipid abnormal dalam darah akibat kadar testosteron yang tinggi.
Risiko kanker, terutama rahim, juga meningkat di kemudian hari karena tingkat hormon yang tidak normal. Obesitas juga meningkatkan risiko kanker payudara. Wanita dengan PCOS parah yang menjalani perawatan infertilitas yang berkepanjangan juga berisiko terkena kanker ovarium di kemudian hari.
Dampak PCOS tidak hanya dirasakan secara fisik, tapi juga mental hilangnya harga diri, body shaming dan harga diri yang buruk karena rambut wajah yang berlebihan, jerawat dan obesitas. Wanita yang tidak dapat hamil, mengalami episode kecemasan dan serangan panik. Tidak hanya para wanita, pasangan dan keluarganya, mengalami stres emosional akibat ketidaksuburan dan perjalanan penyakit yang tidak pasti.
Ritu mengatakan, PCOS bisa dikendalikan dengan perubahan sederhana pada gaya hidup seperti aktivitas fisik dan modifikasi diet. Modifikasi gaya hidup misalnya aktivitas fisik sedang selama 40-45 menit setiap hari untuk membantu menjaga berat badan agar tetap terkendali dan menghasilkan hormon yang menjaga kadar gula darah tetap terkendali.
Modifikasi diet seperti makan makanan dengan indeks glikemik rendah dan antioksidan untuk mengekang lonjakan gula menyebabkan resistensi insulin khas pasien PCOS dan mengurangi peradangan kronis. “Pasien PCOS juga perlu menghindari makanan yang diproses, bergula, bertepung, dan gorengan yang juga berkontribusi terhadap obesitas mereka, ”katanya.
Baca juga: 5 Tips Menjaga Rutinitas Olahraga Bagi Penderita PCOS