TEMPO.CO, Jakarta - Dalam keadaan stres, orang cenderung memilih makanan yang tidak sehat seperti burger atau kentang goreng. Jarang yang menginginkan salad atau jus.
Penelitian membuktikan bahwa makanan yang dikonsumsi memiliki pengaruh pada stres, bisa menenangkan atau justru memperburuknya. Idenya berakar dari psikiatri nutrisi, bidang yang meneliti peran diet dalam kesehatan mental dan kebugaran.
"Makanan yang kita makan diubah menjadi blok pembangun protein, enzim, neuron, dan neurotransmiter yang mentransfer informasi dan sinyal ke seluruh tubuh kita," kata Rachel Naar, ahli diet terdaftar yang berbasis di New York, Amerika Serikat.
Jadi tidak mengherankan jika ada pepatah yang berbunyi, "Kita adalah apa yang kita makan" karena pola makan mempengaruhi fungsi otak dan tubuh.
Penelitian juga mendukung hubungan antara makanan dan suasana hati. Diet gaya Mediterania (selain perawatan farmakologis) telah terbukti mengurangi gejala depresi pada orang yang mengalami depresi klinis, menurut percobaan Januari 2017 di BMC Medicine. Sekitar sepertiga dari orang-orang dalam kelompok diet Mediterania di percobaan itu mengatakan gejala stres benar-benar hilang dalam waktu 12 minggu.
Jadi, jangan sembarangan makan saat stres. Dilansir dari Livestrong, Senin, 21 Juni 2021, inilah makanan dan minuman terburuk saat stres.
1. Makanan olahan
Menurut Sydney Greene, ahli diet, saat stres orang cenderung banyak makan dan ngemil. Tapi jangan jarang orang yang memilih sayur-sayuran. "Faktanya, sudah diketahui bahwa manusia beralih ke apa yang disebut dalam penelitian sebagai 'makanan yang sangat enak,' alias makanan dengan kandungan lemak dan/atau gula yang tinggi," kata dia.
Makanan yang sangat enak adalah makanan ultra-proses, atau UPF, yang biasanya tinggi gula, lemak terhidrogenasi, natrium, pewarna dan/atau rasa dan pengawet buatan, menurut Harvard Health Publishing.
Penelitian menunjukkan orang yang makan makanan tersebut dalam jumlah besar disebut memiliki risiko 23 persen lebih besar, menurut sebuah studi Oktober 2018 di Public Health Nutrition.
Baca juga: 3 Cara Menghentikan Stres Menurut para Ahli
2. Alkohol
Ketika stres, orang sering minum alkohol karena dianggap sebagai depresan sistem saraf pusat, menurut National Library of Medicine. Ini berarti memperlambat aktivitas otak.
Ya, alkohol dapat menenangkan pada saat itu, tetapi minuman keras sebenarnya dapat memperburuk stres dalam jangka panjang.
"Pokoknya, alkohol adalah depresan yang diketahui dapat menyebabkan perubahan suasana hati saat minum serta enam hingga 48 jam setelah minum," jelas Greene. "Adalah umum untuk merasa cemas, sedih, kewalahan atau sendirian setelah episode minum."