TEMPO.CO, Jakarta - Banyak orang yang ingin memulai hidup sehat selama Ramadan, tapi tak tahu cara memulainya. Jika mengalami kebingungan yang sama, dokter spesialis gizi klinik dari Universitas Indonesia, Juwalita Surapsari, punya saran untuk Anda.
Dia merekomendasikan membuat food diary, journal atau jurnal makanan harian sebagai salah satu langkah awal untuk memulai pola makan sehat termasuk selama Ramadan.
"Pertama, paham dulu bagaimana makanan kita sehari-hari. kalau langsung atur porsi akan lebih sulit, tetapi kita bisa membuat semacam food diary atau food journal," kata dokter yang berpraktik di RS Pondok Indah - Pondok Indah itu kepada ANTARA melalui surat elektroniknya, dikutip Sabtu, 24 April 2021.
Jurnal makanan berisi daftar makanan dan minuman yang Anda konsumsi mulai dari bangun tidur sampai malam sebelum tidur. Setelahnya, lihat daftar itu dan pilih makanan dan minuman yang kemungkinan mengandung gula garam, lemak dan kalori tinggi. Hilangkan menu itu dalam diet sehari-hari Anda.
"Misalnya, biasanya minum kopi sachet. Kopi ini umumnya tinggi gula sehingga kita keluarkan dari makanan sehari-hari, atau kebiasaan konsumsi roti isi cokelat, kita bisa ganti dengan pilihan lebih sehat," ujar Juwalita.
Selanjutnya, berhentilah menyantap makanan olahan seperti sosis, baso dan nugget, karena makanan ini biasanya mengandung lebih tinggi kalori daripada makanan segar. Menurut Juwalita, berbeda dari sisi nilai gizi dan kalori antara daging sapi segar dan sosis daging sapi. Bila dibandingkan, 100 gram daging sapi segar mengandung sekitar 250,5 kalori, sementara versi sosisnya 405 kalori.
Anda juga bisa perlahan mencoba menyantap pilihan sehat semisal nasi merah ketimbang selalu nasi putih. Juwalita mengatakan, nasi merah lebih sehat dibandingkan nasi putih karena mengandung serat dan beberapa vitamin serta mineral yang lebih tinggi.
Baca juga: 5 Tips Nutrisi yang Terabaikan Untuk Menjaga Berat Badan dan Kesehatan Optimal
Walau begitu, memang rasanya mungkin tak selezat nasi putih. Untuk itu, cobalah merendam dulu beras merah satu jam baru kemudian diolah menggunakan rice cooker atau diaron.
Terkait pengaturan makan selama Ramadan, pakar gizi klinik yang juga Ketua Yayasan Gerakan Masyarakat Sadar Gizi, Tirta Prawita Sari dalam surelnya punya rekomendasi khusus untuk Anda. Pada saat buka puasa sebaiknya utamakan mengonsumsi buah-buahan seperti kurma dan pastikan asupan serat cukup. Protein akan membantu mempertahankan rasa kenyang, maka mengonsumsi kacang-kacangan dan protein hewani yang cukup saat sahur dan berbuka penting dilakukan.
Menu sahur yang disarankan perlu lengkap gizi dengan protein dan serat yang cukup, tanpa gorengan dan mengandung lemak baik, seperti alpukat.
"Tidak perlu terlalu banyak mengonsumsi menu sahur, 30 – 40 persen dari kebutuhan energi harian sudah cukup. Jangan lupa minum cairan yang cukup, ya," kata Tirta.
Selain itu, sebaiknya jangan memilih metode pengolahan makanan dengan menggorengnya secara lama/deep fried. Dehidrasi dapat terjadi saat Anda mengonsumsi makanan deep fried. Tentu ini tak ingin Anda rasakan selama puasa Ramadan.