TEMPO.CO, Jakarta - Nyaman dipakai dan tidak riber jadi alasan banyak orang suka memakai sandal jepit. Bahkan, kini sandal jepit juga menjadi bagian dari fashion statement yang penampilan tetap trendi saat santai.
Sandal jepit kini tersedia dalam berbagai model yang terbuat dari bermacam-macam bahan. Mulai dari karet, nilon, spons, hingga sintetis, sandal jepit hadir memenuhi kebutuhan masyarakat.
Namun, hati-hati memilih sandal ini. Sebab, salah pilih bisa menyebabkan masalah mulai dari gangguan otot kaki hingga kerusakan lingkungan.
Berikut tiga hal yang perlu diperhatikan penggemar sandal jepit saat membeli alas kaki ini, seperti yang dibagikan oleh Fipper dalam keterangannya, Minggu, 28 Maret 2021.
1. Masalah otot kaki
Dokter spesialis kesehatan kaki atau yang dikenal juga sebagai Pediatri mengungkapkan salah satu gangguan kesehatan kaki diakibatkan dari tidak tepatnya pemilihan alas kaki.
Alas kaki dengan sol tipis dan keras berisiko menyebabkan stres pada urat dan nyeri di bagian tulang kering karena otot-otot di area betis memanjang serta dapat menyebabkan kaki mudah lelah dan cedera.
Oleh karena itu, pilihlah sandal yang memiliki bantal empuk serta nyaman untuk pemakaian sehari- hari sehingga terhindar dari cedera kaki.
2.Menimbulkan bakteri dan jamur pada kaki
Bakteri dan jamur rupanya dapat muncul dari pemilihan bahan sandal jepit yang tidak baik.
Bakteri serta jamur yang ada di sandal dapat muncul jika lingkungan sekitar kotor, lembap,dan tidak terawat.
Untuk menghindari hal itu pilihlah sandal jepit yang berbahan anti bakteri dan mudah dicuci sehingga kaki anda bisa bebas dari penyakit kaki seperti jamuran hingga iritasi akibat bakteri.
Baca juga: Meski Nyaman, Sandal Jepit Buruk buat Kesehatan. Cek Alasannya
3.Kerusakan lingkungan
Tidak hanya kantong plastik, sandal berbahan tertentu yang tidak mudah terurai rupanya berpotensi menyebabkan kerusakan lingkungan.
Maka dari itu, pilihlah sandal jepit yang tahan lama sehingga selain memiliki kegunaan menjadi alas kaki yang nyaman juga memperkecil potensi menjadi limbah yang dapat merusak bumi.