TEMPO.CO, Jakarta - Kembali pada tahun 2011, setelah bertugas di rehabilitasi, Demi Lovato mengumumkan bahwa dia telah didiagnosis dengan gangguan bipolar. Dia dengan cepat bermitra dengan sejumlah organisasi untuk mendestigmatisasi penyakit mental. Dia juga membuat lirik lagu yang menceritakan pengalaman bipolarnya.
Meski Lovato telah terbuka tentang hidup dengan kelainan itu berkali-kali selama dekade terakhir, tetapi sekarang dia meluruskannya. Dalam dokumentasi YouTube Demi Lovato: Dancing with the Devil, yang menceritakan overdosis Lovato yang hampir fatal pada 2018 dan akibatnya, penyanyi itu mengungkapkan bahwa dia yakin telah salah didiagnosis dengan gangguan bipolar.
"Saya telah diberitahu bahwa mereka mengira saya salah didiagnosis ketika saya berusia 18 tahun," kata penyanyi berusia Lovato di depan kamera, seperti dilansir dari laman Instyle.
Dia kemudian menjelaskan bahwa menurutnya diagnosis tersebut berfungsi sebagai penjelasan yang nyaman untuk beberapa perilakunya yang tidak menentu pada saat itu (misalnya meninju penari cadangan dalam tur).
"Saya mengungkapkan kepada publik ketika saya mengetahui saya bipolar karena saya pikir itu menempatkan alasan di balik tindakan saya," ungkap penyanyi berusia 28 tahun itu.
Tapi dia tidak mendapat opini kedua. "Anda mengambil sesuatu untuk umum, Anda menjadi pembela untuk itu ... Saya bertingkah ketika saya berusia 18 karena berbagai alasan, tetapi saya sekarang tahu dari berbagai dokter yang berbeda bahwa itu bukan karena saya bipolar," jelas Lovato. "Aku harus tumbuh dewasa."
Gangguan bipolar ditandai dengan episode depresi dan manik tetapi menurut PubMed, bisa sulit untuk didiagnosis secara akurat dalam praktik klinis," karena "seringnya salah diagnosis sebagai depresi unipolar pada pasien depresi, karena kriteria diagnostik untuk episode depresi identik untuk dua gangguan."