TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak atau PPPA, I Gusti Ayu Bintang Darmawati menyampaikan apa yang terjadi kepada perempuan selama setahun terakhir dalam International Women's Day yang diperingati setiap 8 Maret. Menteri Bintang mengatakan, pandemi Covid-19 membuat perempuan lebih terpukul, terutama di bidang ekonomi.
Menteri Bintang menjelaskan, perempuan berjuang menghadapi ketidaksetaraan yang mereka rasakan sebagai warisan dari masa lalu hingga sekarang. "Ketimpangan yang terjadi selama puluhan tahun ini menjadi semakin berat bagi perempuan terutama saat pandemi," kata Bintang saat memberikan sambutan dalam peringatan International Women's Day atau Hari Perempuan Internasional bertema 'Perempuan Kebanggaan Indonesia, Perempuan Wirausaha' pada Senin, 8 Maret 2021.
Selama pandemi Covid-19, krisis kesehatan menjadi isu utama. "Kemudian merembet ke masalah ekonomi yang menghantam keluarga, termasuk perempuan," kata Menteri Bintang. "Jika tidak ditangani dengan baik, krisis ekonomi dapat membawa dampak jangka panjang pada kehidupan perempuan. Oleh karena itu, peningkatan pemberdayaan perempuan dalam kewirausahaan menjadi peluang untuk keluar dari krisis akibat pandemi Covid-19."
Berdasarkan data UN Women 2020, perempuan yang sebagian besar bergantung pada pendapatan usaha keluarga mengalami penurunan pendapatan sebanyak 82 persen. Meski begitu, banyak juga perempuan yang mampu bertahan dan bangkit mendukung perekonomian keluarga di tengah pandemi.
Mengutip Data Perkembangan Usaha Mikro, Kecil, Menengah (UMKM) dan Besar di Indonesia pada 2014-2018, dari total usaha yang berjumlah 64 juta unit usaha, 99,99 persen usaha di Indonesia adalah UMKM. Dari jumlah itu, lebih dari 50 persen usaha mikro dan kecil di Indonesia dimiliki dan dikelola oleh perempuan.
"Bagi perempuan, pemberdayaan ekonomi tidak hanya berfungsi sebagai sarana memperoleh pendapatan, namun juga alat memerdekakan diri dari jerat kekerasan dan diskriminasi" ujar Menteri Bintang Puspayoga. Sebab itu, pemerintah berkolaborasi dengan PT Kalbe Farma, Tbk., UN Women, UNDP, dan Women's World Banking untuk membantu perempuan pengusaha mikro, kecil, menengah dalam program 'Perempuan Kebanggaan Indonesia, Perempuan Wirausaha'.
Program ini berlaku di sebelas provinsi, yakni Jawa Tengah, Nusa Tenggara Barat, DKI Jakarta, Sumatera Utara, Kepulauan Bangka Belitung. Ada pula Aceh, Lampung, Sulawesi Utara, Kalimantan Tengah, Gorontalo, dan Papua Barat.
Presiden Komisaris PT Kalbe Farma Tbk., Bernadette Ruth Irawati Setiady mengatakan telah lama mengajak perempuan untuk menjadi pemasok bahan baku tanaman obat yang diperlukan perusahaan. "Kami telah bermitra dengan perempuan untuk menanam jahe merah dan sambiloto," katanya.
Irawaty melanjutkan, peran perempuan dalam perekonomian keluarga kini banyak mengalami pergeseran. "Jika dulu perempuan sebagai pendukung ekonomi keluarga, kini perempuan menjadi tulang punggung keluarga," ujarnya. Selama pandemi Covid-19, para perempuan penggerak UMKM, mengalami tantangan karena kesulitan memasarkan produknya. Akibatnya, pendapatan dari usaha keluarga anjlok sampai 82 persen.
Mengenai program 'Perempuan Kebanggaan Indonesia, Perempuan Wirausaha', Irawayu mengatakan bentuk kewirausahaan yang akan diterapkan berupa pelatihan potensi pengembangan herbal, kerajinan batik, pengembangan basic skill untuk industri rumahan, pendampingan industri rumahan, dan pameran industri rumahan.