Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Ariel Tatum Mengalami Borderline Personality Disorder, Butuh Waktu Lama Deteksi

Reporter

Editor

Yunia Pratiwi

image-gnews
Ariel Tatum, penyanyi, aktris, dan influencer kesehatan mental. Instagram.com/@arieltatum
Ariel Tatum, penyanyi, aktris, dan influencer kesehatan mental. Instagram.com/@arieltatum
Iklan

TEMPO.CO, JakartaAriel Tatum menceritakan pengalamannya dengan gangguan kepribadian ambang atau borderline personality disorder (BPD) sejak remaja. Dia mengatakan gangguan kesehatan mental ini membutuhkan waktu panjang untuk dideteksi, bahkan sulit membuatnya memiliki hubungan romantis.

“Aku merasa ada yang salah di umur 13 tahun, aku akhirnya memutuskan untuk mencari bantuan professional, tapi ketahuan ada BPD-nya setelah bertahun-betahun menjalankan terapi, jadi aku baru tahu kira-kira di usia 18,” ujarnya dalam tayangan Youtube OOTD Trans 7.

Ariel Tatum menambahkan alasan yang membuatnya memutuskan untuk membutuhkan bantuan professional karena ia mempunyai kencenderungan untuk menyakiti diri sendiri. “Aku pertama kali mengumumkan ke publik tentang kondisi kesehatan mental Oktober 2019, aku waktu itu membuat seminar pengetahuan mendasar tentang kesehatan mental, di situ aku mulai mengungkapkan kesehatan mental aku,” ujarnya.

Melansir laman Very Well Mind, borderline personality disorder adalah kondisi psikologis serius yang ditandai dengan suasana hati dan emosi, hubungan, dan perilaku yang tidak stabil. Itu salah satu dari beberapa gangguan kepribadian yang diakui oleh American Psychiatric Association (APA). Gangguan kepribadian ini dimulai pada masa remaja atau awal masa dewasa, berlanjut selama bertahun-tahun, dan, jika tidak ditangani, dapat menyebabkan banyak tekanan.

BPD sering kali dapat mengganggu kemampuan Anda untuk menikmati hidup atau mencapai kepuasan dalam hubungan, pekerjaan, atau sekolah. Ini terkait dengan masalah spesifik dan signifikan dalam hubungan interpersonal, citra diri, emosi, perilaku, dan pemikiran. 

Borderline Personality Disorder dikaitkan dengan kecenderungan untuk terlibat dalam perilaku berisiko dan impulsif. Selain itu, orang dengan BPD lebih rentan untuk melakukan perilaku yang merugikan diri sendiri, seperti menyakiti diri sendiri dan mencoba bunuh diri. Ketidakstabilan emosi adalah ciri utama BPD. Individu merasa seperti berada emosional seperti roller coaster dengan perubahan suasana hati yang cepat. Perubahan suasana hati dapat berlangsung dari menit ke hari dan seringkali intens. Kemarahan, kecemasan, dan kehampaan yang luar biasa juga biasa terjadi.

Orang dengan Borderline Personality Disorder cenderung memiliki hubungan yang intens dengan orang yang dicintai yang ditandai dengan seringnya konflik, pertengkaran, dan putus cinta. BPD dikaitkan dengan rasa takut yang kuat akan ditinggalkan oleh orang yang dicintai dan upaya untuk menghindari pengabaian yang nyata atau yang dibayangkan. Ini biasanya menyebabkan kesulitan mempercayai orang lain, membebani hubungan.

Penderita BPD juga mengalami kesulitan terkait dengan stabilitas rasa diri mereka. Mereka melaporkan banyak suka dan duka dalam perasaan mereka tentang diri mereka sendiri. Suatu saat mereka mungkin merasa baik tentang diri mereka sendiri, tetapi pada saat berikutnya mereka mungkin merasa buruk atau bahkan jahat.
Perubahan berpikir terkait stres: Dalam kondisi stres, orang dengan BPD mungkin mengalami perubahan dalam berpikir, termasuk pikiran paranoid (misalnya, pikiran bahwa orang lain mungkin mencoba untuk menyakitinya), atau disosiasi (merasa terasing, mati rasa, atau seperti mereka tidak benar-benar ada di tubuh mereka).

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Tidak semua orang dengan BPD mengalami setiap gejala. Beberapa orang mungkin mengalami beberapa, sementara yang lain mengalami sebagian besar gejala ini. BPD didiagnosis dengan mengevaluasi gejala individu dan meninjau riwayat kesehatan mereka. Seorang dokter juga dapat melakukan pemeriksaan fisik dan tes laboratorium untuk menyingkirkan penyakit medis yang mungkin berkontribusi pada gejala tersebut. 

Untuk didiagnosis dengan borderline personality disorder, individu harus mengalami lima atau lebih gejala berikut dalam berbagai konteks:

- Upaya untuk menghindari pengabaian
- Ketidakstabilan emosional
- Perasaan hampa
- Gangguan identitas
- Perilaku impulsif
- Kemarahan yang tidak pantas dan intens
- Hubungan interpersonal yang tidak stabil
- Perilaku bunuh diri atau merugikan diri sendiri
- Gejala paranoid atau disosiatif sementara
- Seorang dokter atau terapis juga akan mengesampingkan kondisi kesehatan mental yang dapat menyebabkan gejala serupa. Ini termasuk gangguan bipolar, gangguan kepribadian histrionik, dan gangguan kepribadian narsistik.

Faktor yang berkontribusi yang dapat meningkatkan risiko Anda meliputi:
- Struktur otak: Terdapat bukti perbedaan struktur dan fungsi otak pada individu dengan BPD, terutama di bagian otak yang memengaruhi kontrol impuls dan regulasi emosional.4 Namun, masih belum jelas apakah perbedaan ini akibat BPD, atau jika mereka adalah bagian dari penyebabnya.

- Riwayat keluarga: Memiliki orang tua atau saudara kandung dengan BPD juga dapat meningkatkan risiko mengembangkan kondisi tersebut

- Pengalaman negatif: Banyak orang yang didiagnosis BPD pernah mengalami pelecehan masa kanak-kanak, trauma, atau penelantaran atau dipisahkan dari pengasuhnya sejak usia dini. 5 Namun, tidak semua orang dengan gangguan ini memiliki salah satu pengalaman masa kecil ini, dan, sebaliknya, banyak orang yang memilikinya tidak mengembangkan borderline personality disorder.

Di laman media sosial-nya, Ariel Tatum membagikan beberapa cara deteksi dini untuk menentukan apakah membutuhkan bantuan professional atau tidak. “dari beberapa dafatr itu ada yang mengkhawarirkan berarti butuh bantuan, sayangnya dari dua thaun lalu aku kampanye masih banyak stigma untuk ke psikolog. 

Iklan

Berita Selanjutnya



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Efek Emosional Menyaksikan Gerhana, Kagum sampai Cemas

2 jam lalu

Ilustrasi gerhana matahari (Pixabay.com)
Efek Emosional Menyaksikan Gerhana, Kagum sampai Cemas

Menyaksikan gerhana dapat membangkitkan berbagai emosi dan memiliki efek psikologis yang signifikan pada masing-masing orang.


Jembatan di Baltimore Ambruk Ditabrak Kapal, Psikolog Sebut Munculnya Gefirofobia. Apa Itu?

17 jam lalu

Pemandangan udara dari kapal kargo Dali yang menabrak Jembatan Francis Scott Key, menyebabkannya runtuh di Baltimore, Maryland, AS, 26 Maret 2024. Maryland National Guard/Handout via REUTERS
Jembatan di Baltimore Ambruk Ditabrak Kapal, Psikolog Sebut Munculnya Gefirofobia. Apa Itu?

Ambruknya Jembatan Francis Scott Key di Baltimore memunculkan gefirofobia atau fobia melintasi jembatan. Pakar sebut cara mengatasinya.


Stigmatisasi Penderita TBC Berdampak pada Kesehatan Mental

2 hari lalu

Ilustrasi Tuberkulosis atau TBC. Shutterstock
Stigmatisasi Penderita TBC Berdampak pada Kesehatan Mental

Penderita TBC rentan mengalami gangguan kesehatan mental karena kerap dikucilkan dari lingkungan sehingga butuh sistem pendukung.


Tak Cuma Faktor Fisik, Masalah Emosional Bisa Tingkatkan Risiko Kanker Ginjal

8 hari lalu

Ilustrasi ginjal. ANTARA-Shutterstock
Tak Cuma Faktor Fisik, Masalah Emosional Bisa Tingkatkan Risiko Kanker Ginjal

Selain faktor risiko yang bersifat fisik atau keturunan, masalah emosional juga bisa menjadi faktor risiko terjadinya kanker ginjal.


Jangan Abai dengan Orang Sekitar, Ini Cara Deteksi Orang Alami Stres

8 hari lalu

ilustrasi stres (pixabay.com)
Jangan Abai dengan Orang Sekitar, Ini Cara Deteksi Orang Alami Stres

Salah satu cara mendeteksi orang yang sedang dilanda stres adalah dengan melihat bagaimana aktivitas sehari-hari orang tersebut.


Kenali Gejala Gangguan Mental pada Ibu Pasca Melahirkan, Kurangnya Nafsu Makan Hingga Sulit Tidur

10 hari lalu

Ibu sedang pompa ASI. Foto : Motherly
Kenali Gejala Gangguan Mental pada Ibu Pasca Melahirkan, Kurangnya Nafsu Makan Hingga Sulit Tidur

Perubahan besar dalam proses melahirkan dapat menyebabkan beban mental dan emosional yang signifikan pada ibu. Ini gejala gangguan mental pada ibu.


Riset Temukan Banyak Orang Kesepian di Tengah Keramaian

10 hari lalu

Ilustrasi kesepian. Shutterstock
Riset Temukan Banyak Orang Kesepian di Tengah Keramaian

Keramaian dan banyak teman di sekitar ak lantas membuat orang bebas dari rasa sepi dan 40 persen orang mengaku tetap kesepian.


Jangan Anggap Remeh, Membereskan Barang Bermanfaat bagi Kesehatan Mental

11 hari lalu

Ilustrasi penataan rumah yang rapi. (Sumber: arsitag.com)
Jangan Anggap Remeh, Membereskan Barang Bermanfaat bagi Kesehatan Mental

Seorang dokter praktik keluarga, Faith Coleman, mengatakan ada banyak konsekuensi signifikan dari ruangan yang berantakan terhadap kesehatan mental.


Alasan Orang Tertutup pada Pasangan dan Cara Mengatasinya

11 hari lalu

Ilustrasi pasangan. dailymail.co.uk
Alasan Orang Tertutup pada Pasangan dan Cara Mengatasinya

Jika Anda kesulitan bersikap terbuka kepada pasangan karena berbagai alasan, berikut beberapa langkah yang dapat dilakukan


Nonton Drama Korea Secara Maraton Bisa Mengundang Bahaya, Begini Maksudnya

12 hari lalu

Bagi Anda yang ingin menonton drama dengan tema thriller, beberapa list drama Korea detektif berikut ini bisa jadi pilihan. Ada banyak plot twist. Foto: Canva
Nonton Drama Korea Secara Maraton Bisa Mengundang Bahaya, Begini Maksudnya

Menonton drama Korea atau drakor terus menerus dalam satu waktu bisa mengundang bahaya bagi kesehatan mental. Apakah itu?