TEMPO.CO, Jakarta - Kurang tidur dikaitkan dengan penambahan berat badan, suasana hati yang buruk, kesulitan berkonsentrasi, dan bahkan penyakit kronis seperti tekanan darah tinggi dan diabetes tipe 2. Tetapi tahukah Anda bahwa hal itu juga dapat mempengaruhi rutinitas buang air besar?
Ahli gastroenterology di Massachusetts, Amerika Serikat, Kyle Staller mengatakan ada teori yang mengatakan bahwa tidur memiliki semacam peran restoratif dalam mengatur pergerakan usus atau kontraksi.
Kontraksi inilah yang menyebabkan keinginan buang air besar. Biasanya itu berlangsung di pagi hari.
Jill Deutsch ahli gastroenterologi Yale Medicine mengatakan, usus besar Anda memiliki jam internal sendiri. "Itu menstimulasinya untuk melepaskan lonjakan hormon seperti kortisol, yang menyebabkannya berkontraksi lebih kuat," kata dia, seperti dilansir Livestrong, Minggu, 27 desember 2020.
Kontraksi mendorong semua kotoran yang tersisa dari hari sebelumnya ke dalam rektum dan mengarah ke pembuangan sekitar 30 menit setelah bangun.
Proses ini bisa dipercepat dengan rutinitas pagi yang meliputi gerakan ringan seperti peregangan, makan pagi dan minum cairan, terutama kopi.
Selain itu, tidur juga mempengaruhi mikrobioma, campuran bakteri baik dan jahat yang ditemukan di saluran pencernaan. Kualitas tidur yang lebih baik secara signifikan dikaitkan dengan mikrobioma yang lebih sehat, menurut sebuah studi April 2019 di jurnal medis Sleep.
Tetapi apakah mikrobioma yang buruk mempengaruhi pola tidur, atau kualitas tidur memengaruhi mikrobioma masih belum diketahui. Namun, mikrobioma yang tidak seimbang menyebabkan masalah pencernaan, termasuk kembung dan diare.