Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Kisah Perempuan Pedagang di Ambon, Para Papalele yang Percaya dan Setia

image-gnews
Aktivitas papalele di Gang Pos, Jalan Sultan Hairun, Kota Ambon, Senin, 7 Desember 2020. TEMPO | Khairiyah Fitri
Aktivitas papalele di Gang Pos, Jalan Sultan Hairun, Kota Ambon, Senin, 7 Desember 2020. TEMPO | Khairiyah Fitri
Iklan

TEMPO.CO, Ambon - 'Kita hidup dengan kasih Tuhan'. Ona Hehanussa melantunkan penggalan lirik lagu puji-pujian itu sembari menyiapkan bakul dan wadah plastik berisi pisang, salak, nangka, dan kenari. Semua barang dagangan Ona baru dipetik dari kebun sendiri. Ada juga sisa jualan kemarin yang belum laku.

Selesai menyiapkan dagangan, Ona mulai mematut diri. Perempuan 75 tahun ini menuangkan sedikit minyak rambut ke telapak tangan kiri, menggosoknya ke telapak tangan kanan, lalu mengusap kepala. Ona lalu menyisir dan menggelung rambutnya seperti konde. Inilah ciri khas seorang papalele, sebutan bagi perempuan yang melakukan aktivitas ekonomi dengan berkeliling sambil memikul barang dagangan di atas kepala.

Kelar urusan rambut, Ona Hehanussa merapikan baju cele, busana tradisional masyarakat Maluku dan kain sarung bermotif kotak-kotak merah putih yang menjadi ciri khas Papalele. Kelir sarungnya senada dengan kebaya. Ona tak lupa memakai masker untuk mencegah Covid-19. "Semoga ada berkat hari ini. Amin," samar Ona berdoa.

Saban hari, Ona Hehanussa keluar rumah pukul 09.00 WIT. Seusai memberi makan ayam peliharaannya dan membereskan rumah yang terletak di Pegunungan Sirimau, Desa Hatalai, Kecamatan Leitimur Selatan. Dia menyusuri jalan setapak kampung sembari memikul dagangannya di atas kepala. Meski usianya tidak lagi muda, langkah Ona tidak goyah ketika harus menaiki 166 anak tangga menuju tempat menunggu angkutan umum. Butuh 30 menit dari Leitimur Selatan, yang merupakan kawasan pegunungan, menuju Kota Ambon.

Ona Hehanusa, 75 tahun, seorang Papalele di Ambon saat berada di rumahnya di Desa Hatalai, Kecamatan Leitimur Selatan, Kota Ambon, Senin 7 Desember 2020. TEMPO | Khairiyah Fitri

Ona membayar angkot Rp 5.000. Jika beruntung, kerabat dan tetangganya yang membayar. Ona menumpang angkot sampai di titik perhentian di Jalan Sultan Hairun. Turun dari angkot, dia mulai berjalan ke sejumlah titik keramaian, perkantoran, dan mampir ke pelanggannya. "Biasanya saat makan siang beta keliling di sekitar perkantoran, orang-orang kantor pasti mencari buah setelah makan," katanya.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Bertransaksi dengan papalele bukan sekadar jual beli biasa. Ona memegang prinsip kepercayaan dan setia kepada pelanggannya. Yanti membuktikan prinsip papalele Ona Hehanussa. Lima tahun lalu, pemilik sebuah toko kelontong di Kota Ambon ini pernah membeli pisang dari Ona dengan jumlah banyak untuk acara keluarga. Sayangnya, saat itu dia tidak memiliki uang tunai yang cukup.

"Zaman sulit seperti seorang, orang biasanya butuh uang cepat. Tapi Ona percaya dan sampai sekarang saya berlangganan membeli buah darinya," ucap dia. Hubungan Ona dan Yanti pun lebih dari itu. Mereka saling berbalas memberi setiap hari raya, baik Natal maupun Ramadan dan Idul Fitri.

Pandemi Covid-19 membuat pertemuan Ona Hehanussa dengan Yanti kian jarang. Pertokoan terpaksa tutup dan Ona pun berhenti berjualan selama beberapa bulan. Terlebih sudah berusia lanjut, Ona termasuk kelompok yang rentan terpapar Covid-19. "Karena ikut aturan pemerintah, saya seng (tidak) jualan," katanya. Selama berada di rumah, Ona Hehanussa merawat kebun dan memelihara ayam. Dia kemudian melihat peluang baru, yakni menjual ayam kampung peliharannya. Sebutir Rp 5.000, tiga butir Rp 10 ribu.

Papalele lainnya, Mama Ci Ance berharap pandemi Covid-19 segera teratasi. Perempuan yang biasa berjualan di Gang Pos, Kota Ambon, ini mengatakan pendapatannya anjlok selama pagebluk. Sebab kini orang enggan mampir dan memilih belanja lewat daring. Keterbatasan pengetahuan teknologi para papalele membuat mereka merugi. "Buah dan sayur yang kami jual banyak yang busuk," kata dia. "Kami juga sudah tua, tak tahu cara pakai hape dan internet."

Tulisan ini adalah hasil Program Fellowship AJI 2020

Iklan

Berita Selanjutnya



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


70 Persen dari Ribuan Korban Jiwa di Gaza adalah Perempuan

4 jam lalu

Seorang perempuan Palestina duduk diantara pakaian bekas di pasar loak mingguan di kamp pengungsian Nusseirat, Gaza, 15 Februari 2016. Permintaan untuk pakaian telah menjadi barometer bagi situasi ekonomi di Gaza. AP/Khalil Hamra
70 Persen dari Ribuan Korban Jiwa di Gaza adalah Perempuan

ActionAid mencatat setidaknya 70 persen dari ribuan korban jiwa di Gaza adalah perempuan dan anak perempuan.


DPR Arizona Loloskan Pencabutan Undang-undang Larangan Aborsi

16 jam lalu

Ilustrasi aborsi. TEMPO
DPR Arizona Loloskan Pencabutan Undang-undang Larangan Aborsi

DPR Arizona lewat pemungutan suara memutuskan mencabut undang-undang larangan aborsi 1864, yang dianggap benar-benar total melarang aborsi.


Polda Metro Jaya Olah TKP Pembunuhan Perempuan yang Mayatnya di Pulau Pari

1 hari lalu

Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Ade Ary Syam Indradi pada saat Konferensi Pers di Ditresnarkoba Polda Metro Jaya, Senin, 25 Maret 2024. Ditresnarkoba Polda Metro Jaya bekerjasama dengan Bea dan Cukai telah berhasil melakukan pengungkapan dan penangkapan terhadap pelaku kasus peredaran gelap narkotika jenis kokain cair, serbuk MDMA dan narkotika jenis sabu jaringan internasional. TEMPO/Martin Yogi Pardamean
Polda Metro Jaya Olah TKP Pembunuhan Perempuan yang Mayatnya di Pulau Pari

Selain olah TKP pembunuhan perempuan yang mayatnya ditemukan di Pulau Pari, polisi menyiita barang bungkus rokok hingga tisu magic.


Australia Luncurkan Fase Baru Program Investing in Women

1 hari lalu

Pemerintah Australia pada 23 April 2024, meresmikan fase baru Program Investing in Women. Sumber: dokumen Kedutaan Besar Australia
Australia Luncurkan Fase Baru Program Investing in Women

Program Investing in Women adalah inisiatif Pemerintah Australia yang akan fokus pada percepatan pemberdayaan ekonomi perempuan di Indonesia


Hari Kartini, OJK Prioritaskan Peningkatan Literasi Keuangan Perempuan

2 hari lalu

Kepala Eksekutif Pengawas Perilaku Pelaku Usaha Jasa Keuangan, Edukasi, dan Pelindungan Konsumen OJK Friderica Widyasari Dewi. TEMPO/Tony Hartawan
Hari Kartini, OJK Prioritaskan Peningkatan Literasi Keuangan Perempuan

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) berkomitmen meningkatkan edukasi literasi keuangan untuk perempuan.


Kuburan Massal Kembali Ditemukan di Gaza, Berisi 210 Jasad dari Khan Younis

3 hari lalu

Petugas menguburkan warga Palestina yang tewas dalam serangan Israel, setelah jenazah mereka dibebaskan oleh Israel, di tengah konflik antara Israel dan Hamas, di kuburan massal di Rafah, di Jalur Gaza selatan, 30 Januari 2024. Lusinan warga Palestina yang tidak diketahui identitasnya dimakamkan di pemakaman massal di Gaza setelah pemerintah Israel menyerahkan jenazah yang mereka simpan di Israel. REUTERS/Mohammed Salem
Kuburan Massal Kembali Ditemukan di Gaza, Berisi 210 Jasad dari Khan Younis

Badan layanan darurat Palestina telah menemukan 210 jasad di kuburan massal di Kompleks Medis Nasser di Kota Khan Younis, Gaza selatan


Hari Kartini, Yogyakarta Diramaikan dengan Mbok Mlayu dan Pameran Lukisan Karya Perempuan

4 hari lalu

Ratusan perempuan mengikuti event lari Mbok Mlayu di Kota Yogyakarta pada Hari Kartini 2024. Dok.istimewa
Hari Kartini, Yogyakarta Diramaikan dengan Mbok Mlayu dan Pameran Lukisan Karya Perempuan

Para perempuan di Yogyakarta memperingati Hari Kartini dengan lomba lari dan jalan kaki, serta membuat pameran lukisan.


Hari Kartini, Sosiolog Ungkap Masalah yang Masih Dialami Perempuan

4 hari lalu

Ilustrasi keluarga memasak bersama. Freepik.com
Hari Kartini, Sosiolog Ungkap Masalah yang Masih Dialami Perempuan

Hari Kartini merupakan momentum refleksi masih banyak persoalan terkait perempuan dan anak. Ini harapan sosiolog.


Harapan Putri Ariani di Hari Kartini, Perempuan Bisa Wujudkan Mimpi

4 hari lalu

Putri Ariani. Foto: Creathink
Harapan Putri Ariani di Hari Kartini, Perempuan Bisa Wujudkan Mimpi

Putri Ariani mengatakan Hari Kartini merupakan salah satu wujud hasil perjuangan memenuhi hak perempuan dalam memperoleh kesetaraan.


Reza Rahadian Mengaku tertarik Perankan Leluhurnya, Siapa Thomas Matulessy?

5 hari lalu

Ketua Komite Festival Film Indonesia atau FFI 2021, Reza Rahadian saat menghadiri peluncuran FFI 2021 secara virtual pada Kamis, 15 Juli 2021. Dok. FFI 2021.
Reza Rahadian Mengaku tertarik Perankan Leluhurnya, Siapa Thomas Matulessy?

Dalam YouTube Reza Rahadian mengaku tertarik memerankan Thomas Matulessy jika ada yang menawarkan kepadanya dalam film. Apa hubungan dengannya?