TEMPO.CO, Jakarta - Dewan juri SATU Indonesia Awards 2020 memutuskan Mariana Yunita Hendriyani Opat sebagai pemenang tahun ini. Mariana menginisiasi komunitas Tenggara Youth Community yang melahirkan Bacarita Kespro, di Nusa Tenggara Timur untuk kategori kesehatan.
Juri memenangkan Tata, begitu Mariana biasa disapa, yang fokus mengadvokasi masalah mendasar tentang kesehatan reproduksi. Mariana Yunita menilai pendidikan kesehatan reproduksi penting, terutama untuk mencegah kekerasan seksual. "Pendidikan kesehatan reproduksi ini penting untuk anak dan orang tua," kata Tata kepada Tempo, Kamis 3 Desember 2020.
Baca Juga:
Berbekal pengetahuan kesehatan reproduksi yang memadai, maka anak dan orang tua memiliki perspektif positif terhadap tubuhnya, baik aspek seksual dan reproduksi. Hal ini penting untuk mempersiapkan diri sebelum berkeluarga dan mendidik anak.
Dengan belajar pendidikan kesehatan reproduksi, anak tahu bagaimana melindungi diri dari pelaku kekerasan. Terlebih jika sejak dini orang tua memperkenalkan bagian tubuh mana yang boleh dan dilarang tersentuh sembarang orang. Pemahaman ini juga membantu mencegah tindak kekerasan seksual dan orang tua tidak perlu menutupi karena menganggap aib atau malah menikahkan anak dengan pelaku kekerasan. "Orang tua bisa mendukung anak secara mental supaya bangkit dan menindaklanjuti kasusnya," kata dia.
Aktivitas Tenggara Youth Community yang dalam menyampaikan materi edukasi kesehatan reproduksi. Dok. Istimewa
Berangkat dari pengalaman pribadi, Tata mantap mendirikan organisasi dan komunitasnya. Dia pernah mengalami pelecehan dan tak ingin ada korban lagi. Tata mendirikan lembaga untuk mengedukasi kesehatan reproduksi pada 2016. Dia merekrut beberapa relawan untuk bergabung mengedukasi komunitas.
Tata merangkul 2.000 remaja dan 43 komunitas di Nusa Tenggara Timur. Dia menjelajah ke beberapa kota dan desa-desa, bahkan menyeberang laut menyambangi pulau-pulau di sekitar NTT demi bertemu langsung dengan komunitas, atau menghadiri undangan dari sekolah atau gereja.
Di sana Tata berdiskusi tentang kehidupan remaja, pacaran yang sehat, mencegah kehamilan, soal pubertas, haid, mimpi basah, dan sebagainya. Anak kecil mendapatkan metode khusus tentang mengenal tubuh. Biasanya dia menggunakan alat peraga. Ada boneka untuk menunjukkan anatomi tubuh, permainan seperti ular tangga, dan menggunakan modul. Ada juga dengan metode tebak mitos atau fakta.
Biasanya tak hanya para remaja yang turut berdiskusi, para orang tua pun terlibat. "Reaksi para orang tua biasanya senyum-senyum, mengangguk-angguk, tertawa juga ketika menyebut organ tubuh," ujarnya. Tata merasa beruntung karena sekarang banyak orang tua yang terbuka dan mulai memahami pentingnya pendidikan kesehatan reproduksi.
Tenggara Youth Community yang didirikan oleh Mariana Yunita Hendriyani Opat atau Tata. Dok. Istimewa
Tata juga menerapkan pendekatan berbeda kepada orang tua. Yang bikin dia gembira karena tak hanya komunitas anak muda yang mengundang untuk edukasi, tapi juga para orang tua. "Berarti ada kesadaran dari mereka karena khawatir ketika anak-anak terpapar internet, bermain game online dan mengatakan ada yang melihat gambar porno," ujarnya.
Menurut Tata, kesadaran dari para orang tua begitu penting sehingga terbangun komunikasi yang baik dengan anak. Dengan begitu, tidak ada lagi sekat atau tembok tabu antara anak dan orang tua. Dari pengalamannya, biasanya remaja laki-laki malu bercerita dan terlanjur terpapar informasi dari luar. Mereka lebih memilih bercerita dengan teman sebaya ketimbang kepada orang tuanya.
Tata berharap dapat memberikan akses informasi ke komunitas anak muda, orang tua, dan masyarakat sehingga memiliki satu pandangan yang sama tentang pentingnya kesehatan reproduksi. Tata juga berharap tersedia layanan yang lebih ramah dan aman, terutama bagi korban kekerasan.