TEMPO.CO, Jakarta - Lena Dunham untuk pertama kalinya mengungkapkan kegagalannya memiliki anak melalui fertilisasi in vitro (IVF) atau program bayi tabung. Perempuan 34 tahun itu tak dapat hamil secara alami setelah menjalani operasi pengangkatan leher rahim, rahim, dan satu ovariumnya sekitar tiga tahun lalu.
Aktris dan sutradara itu pernah ingin mengadopsi anak untuk tetap menjadi ibu, kata dia kepada People, Senin, 16 November 2020. Namun, suatu saat seorang dokter mengatakan bahwa dia punya kesempatan memanen sel telur dari sisa ovariumnya. Sel telur itu akan dibuahi sperma donor dan dipindahkan ke ibu pengganti untuk menghasilkan bayi sehat.
Sayangnya proses itu tidak berjalan seperti rencana. "Saya mengetahui bahwa tidak ada telur saya yang dapat bertahan," tulisnya dalam esainya untuk Majalah Harper's.
Dokter mengatakan bahwa dari enam sel sel telur yang diambil, tidak ada satu pun yang bisa dibuahi. Lima di antaranya memiliki masalah kromosom.
Perjalanannya untuk menjadi seorang ibu cukup menyiksa. Sebagai wanita yang cenderung mengalami endometriosis, mengisi tubuhnya dengan estrogen saat program IVF ini sangat menyiksa. Dia mengatakan sakitnya luar biasa.
“Hanya untuk sampai pada akhir dan mempelajari bahwa telur-telur itu tidak dapat bertahan setelah bekerja begitu keras melalui penyakit dan ketidaknyamanan serta melalui kecemasan dan depresi, ini jelas bukan sesuatu yang dapat saya ulangi."
Sejak awal nalurinya berkata bahwa program bayi tabung ini mungkin tidak berhasil, tapi dia masih berharap. Apalagi orang-orang di sekitarnya bersemangat mendukung.
Dalam esainya untuk Harper's, Dunham juga mengenang pengalamannya dalam rehabilitasi dan waktu yang dihabiskan untuk membaca halaman dukungan IVF di Instagram, di mana dia awalnya merasa telah menemukan sekelompok wanita yang paling bisa memahami rasa sakitnya. Namun, begitu Dunham memutuskan bahwa dia telah selesai dengan IVF, dia menyadari sudah waktunya untuk meninggalkan akun IVF tersebut.
Setelah siklus IVF gagal, aktris Once Upon a Time in Hollywood itu ingin mengadopsi atau mendapatkan anak asuh karena dia ingin menjadi ibu. Kini dia tengah mempersiapkan dirinya dalam terapi dan ketenangan, memastikan dia mengatasi trauma masa lalu.
”Saya berharap bahwa apa pun yang saya lakukan adalah bukti fakta bahwa perjalanan modern menuju keibuan terlihat berbeda untuk setiap wanita lajang, dan saya berharap setiap wanita yang melihat perjalanan saya menyadari bahwa ada saat-saat bahagia bahkan sebelum seorang anak memasuki kehidupan Anda."