TEMPO.CO, Jakarta - Berdasarkan data Globocan 2018, 1 dari 5 laki-laki dan 1 dari 6 perempuan menderita kanker. Sementara 1 dari 11 perempuan dan 1 dari 8 laki-laki meninggal karena kanker. Direktur Utama Rumah Sakit Kanker Dharmais Soeko Werdi Nindito mengatakan kanker payudara berada di peringkat pertama kasus terbanyak di Rumah Sakit Kanker Dharmais, Jakarta.
"Yang menjadi fokus lainnya adalah bagaimana menurunkan staging kanker di masyarakat selain dari sarana dan prasarana,” tutur Dokter Soeko dalam online talkshow bertajuk Deteksi Dini Menyelamatkan Hidup yang diadakan YKPI dan RS Kanker Dharmais, Sabtu 17 Oktober 2020.
Selain itu, masyarakat juga perlu mendapatkan pengetahuan tentang screening dan deteksi dini agar menjadi kebutuhan masyarakat. Padahal, lingkungan yang penuh polusi, faktor genetik dan gaya hidup yang seringkali tidak sehat bisa membuat seseorang menjadi rentan berbagai macam penyakit, salah satunya kanker.
Menurut Dokter Spesialis Bedah Onkologi, Bob Andinata, gejala kanker payudara yang paling awal adalah timbulnya benjolan di payudara. Sering kali, benjolan ini tidak terasa nyeri dan itulah yang biasanya diabaikan banyak orang. “Karena tidak sakit, biasanya orang jadi tidak mengontrol. Padahal kalau dibiarkan bisa saja dalam enam bulan jadi naik, dari jinak menjadi ke ganas,” ucapnya.
Sebab itu, deteksi dini sangat penting untuk dilakukan agar angka harapan hidup pasien lebih panjang. Kanker payudara itu ada beberapa stadium, yaitu stadium 0, 1, 2, 3 dan 4. Untuk stadium 0 dan 1, angka ketahanan hidupnya bisa di atas 95 persen. "Sementara untuk stadium 4 itu sulit, sudah tidak bisa kalau dilakukan operasi juga karena sudah menyebar. Jadi itu yang sekarang kita coba kejar,” lanjut Bob.
Bod Adinata pun berniat untuk mengadakan program pelatihan kepada dokter umum agar bisa melakukan Periksa Payudara Klinis atau Sadanis sehingga deteksi dini kanker payudara bisa menjangkau lebih banyak orang.