TEMPO.CO, Jakarta - Bulan Kesadaran Kanker Payudara Sedunia diperingati setiap Oktober. Secara umum, penyakit ini diketahui bahwa kanker payudara terjadi karena kerusakan DNA sel. Namun, hingga saat ini tidak ada yang mengetahui penyebab pastinya.
Ketua Umum Yayasan Kanker Indonesia Aru Wisaksono Sudoyo mengatakan jika merujuk jenis kelamin kanker payudara terjadi hampir 100 kali lebih sering pada perempuan dibandingkan pada pria.
Berdasar faktor riwayat keluarga, jika ibu, saudara perempuan, ayah atau anak telah didiagnosis menderita kanker payudara atau ovarium, risiko didiagnosis dengan kanker payudara akan lebih tinggi di masa mendatang. Risiko meningkat jika kerabat didiagnosis sebelum berusia 50 tahun.
"Sementara itu, jika telah didiagnosis dengan kanker payudara di satu payudara, Anda memiliki peningkatan risiko didiagnosis dengan kanker payudara di payudara lainnya di masa mendatang. Hal itu terjadi jika tidak rutin melakukan check up," ucap Aru dalam Talkshow Kalbe bertajuk Kupas Tuntas Kanker Payudara, Sabtu, 3 Oktober 2020.
Risiko juga meningkat jika sel payudara abnormal telah terdeteksi sebelumnya. Menstruasi dini (sebelum usia 12 tahun), menopause terlambat
(setelah 55 tahun), memiliki anak pertama di usia yang lebih tua, atau tidak pernah melahirkan juga dapat meningkatkan risiko terkena kanker payudara.
Selain karena faktor genetik seperti yang disampai kan di atas, menjalani gaya hidup tidak sehat, menurut Dokter Aru juga bisa memicu sel kanker. Berikut beberapa di antaranya.
1. Kurangnya aktivitas fisik
Gaya hidup yang tidak banyak bergerak dengan sedikit aktivitas fisik dapat meningkatkan risiko terkena kanker payudara.
2. Pola makan yang buruk
Pola makan yang tinggi lemak jenuh dan kekurangan buah dan sayur dapat meningkatkan risiko kanker payudara.
3. Kelebihan berat badan atau obesitas
Kelebihan berat badan atau obesitas dapat meningkatkan risiko kanker payudara. Risiko meningkat jika Anda telah mengalami menopause.
4. Minum alkohol
Sering mengonsumsi alkohol dapat meningkatkan risiko kanker payudara. Semakin banyak alkohol yang dikonsumsi, semakin besar risikonya.
5. Radiasi di dada
Melakukan terapi radiasi ke dada sebelum usia 30 tahun dapat meningkatkan risiko terkena kanker payudara.
6. Terapi penggantian hormon gabungan (HRT)
Mengikuti terapi penggantian hormon gabungan, seperti yang diresepkan untuk menopause, dapat meningkatkan risiko kanker payudara dan meningkatkan risiko kanker terdeteksi pada stadium yang lebih lanjut.
Melalui edukasi ini, Aru ingin mengajak para penyintas kanker payudara untuk tetap bersemangat dan percaya diri, harus yakin bahwa kanker ini dapat diperangi dan atasi bersama.
"Yang dapat menurunkan angka kejadian kanker saat ini bukan pengobatan yang canggih dengan harga mahal, akan tetapi dengan deteksi dini, gaya hidup yang baik dan kontrol rutin,” kata dia.