TEMPO.CO, Jakarta - Kecantikan dan politik sering kali saling terkait, baik atau buruk. Misalnya gerakan memberdayakan tindakan seperti Elizabeth Arden yang memberikan lipstik merah kami ke hak pilih pada tahun 1912. Sekarang, sekelompok orang dalam kecantikan anonim menggunakan koneksi tersebut untuk mengumpulkan dana bagi calon presiden Amerika Serikat Joe Biden dan calon wakil presiden Kamala Harris dengan peluncuran Biden Beauty.
"Kecantikan selalu bersifat politis," kata juru bicara anomim dari merek itu seperti dilansir dari laman Marie Claire. “Dari dulu hingga sekarang, semua orang telah berpartisipasi dalam mempercantik sebagai tindakan pembangkangan. Kami sangat bersemangat untuk menyampaikan pesan bahwa negara ini hanya diperkuat oleh keragaman penduduknya. Kami berharap semua suara yang kurang terwakili dari semua lapisan masyarakat merasa disambut di bangsa ini."
Masih menurut keterangan merek itu, kecantikan memiliki kemampuan untuk menyatukan dan tujuan BIDEN Beauty adalah untuk mewakili semua orang. "Kami berharap produk ini membuat konstituen merasa lebih berdaya dan tidak sendirian,” ujarnya.
Saat ini, hanya satu produk kosmetik yang tersedia untuk dibeli — Biden Beat, spons blender dua sisi yang dibuat untuk mengoleskan alas bedak, concealer, dan bronzer dengan harga USD 20,20 atau sekitar Rp 300 ribu. Sweatshirt dan tas jinjing yang bertuliskan "America is Beautiful" juga tersedia.
Namun bagi mereka yang mencari demokrasi wajah penuh, ada Glow High Kamala Highlighting Stick dan serum Biden Bounce Hyaluronic Acid akan diluncurkan dalam beberapa minggu mendatang. Tepat pada waktunya untuk debat yang akan datang.
Meskipun tidak secara resmi terkait dengan kampanye Joe Biden, semua penjualan dari BidenBeauty.com akan digunakan untuk mendukung Biden Victory Fund, di mana para pendukung dapat berkontribusi langsung ke kampanye kandidat. Dan sementara merek tersebut ditujukan untuk siapa saja yang memilih warna biru, para pendirinya berfokus pada menarik perhatian Gen Z, demografis yang berhasil dalam pemilu mendatang. Rilis merek tersebut mengutip penelitian yang memproyeksikan satu dari sepuluh pemilih yang memenuhi syarat akan mewakili Gen Z, sekitar 24 juta pemilih potensial.