TEMPO.CO, Jakarta - Jagat sosial media diramaikan dengan berita seorang gadis remaja yang merupakan seorang Army (fans boy group Korea BTS) yang dikabarkan meninggal dunia. Tagar menjadi trending bersama dengan #Restinpeace di laman media sosial Twitter sejak Ahad, 6 September 2020.
Remaja perempuan bernama Melisa berusia 16 tahun, diketahui berasal dari Turki. Melisa dikabarkan mengakhiri hidupnya pada 5 September 2020 karena memiliki permasalahan keluarga terutama dengan sang ayah. Dikabarkan bahwa sang ayah tidak menyukai sang putri menjadi penggemar K-pop.
Kabar tersebut mengundang perhatian. Banyak warganet menyampaikan turut prihatin dan berduka atas kejadian yang dialami Melisa.
Berkaca dari kasus Melisa, psikolog Pro Help Center Nuzulia Rahma Tristinarum mengatakan, orang tua sebaiknya tidak melarang dan membatasi terlalu keras anak yang memiliki hobi tertentu. Cobalah masuk dalam dunia remaja tersebut untuk menghindari konflik. Pahami apa yang membuat remaja menyukai seseorang atau sekelompok orang yang menjadi idolanya.
"Beri penjelasan tanpa menggurui mengenai orang seperti apa, hal apa saja yang bisa dijadikan idola. Minta remaja mencari hal positif dan negatif dari idolanya dan diskusikan bersama. Diskusikan mengenai apa yang boleh ditiru, apa yang hanya boleh dilihat dan mana yang sama sekali tidak boleh ditiru dari idolanya," kata Lia kepada Tempo.co, Senin, 7 September 2020.
Lia juga menyarankan agar orang tua coba pahami remaja dengan masuk ke dunianya. Asuh remaja dengan cinta dan logika. "Artinya, tetap ada aturan, ada batasan, dan ada konsekuensi dalam segala sesuatu namun buka ruang diskusi sesering mungkin. Bimbing dengan penuh respect dan no judgmental," imbuhnya.
Terkait tren idola, sebenarnya menurut Lia adalah fenomena yang sudah ada sejak dulu. Pada remaja, di masa pencarian jati diri, memiliki idola adalah hal yang wajar.
Hal yang perlu dijaga menurut Lia adalah siapa yang kita idolakan, bagaimana sikap dan karakter idola tersebut, dan sedalam apa kekaguman pada idola.
Depresi bukan masalah sepele. Karena itu, jika mengalaminya atau mengenal orang-orang dengan tanda-tanda depresi, seperti mengisolasi diri, putus asa, dan sedih berlarut-larut, segera menghubungi psikolog atau psikiater terdekat. Untuk bantuan krisis kejiwaan atau tindak pencegahan bunuh diri di Indonesia, bisa menghubungi : Yayasan Pulih (021) 78842580.