Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Selain Hemat, Ini Manfaat Memasak di Rumah selama Adaptasi Kebiasaan Baru

Reporter

Editor

Mila Novita

image-gnews
Ilustrasi koki/memasak. Shutterstock.com
Ilustrasi koki/memasak. Shutterstock.com
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Memasak sebenarnya bisa Anda lakukan setiap hari. Tapi selama adaptasi kebiasaan baru, Anda punya lebih banyak waktu luang untuk memasak. 

Aktivitas ini ternyata bisa mengusir stres atau cemas karena pandemi COVID-19 saat ini. 

“Untuk mengurangi stres, kita harus lebih fokus ke dalam kita sendiri dan apa yang ada di sekeliling kita yaitu keluarga di rumah. Kita bisa berfokus pada hal-hal yang bisa dilakukan di rumah, di antaranya memasak," kata psikolog klinis Dessy Ilsanti dalam siaran pers GoFood, ditulis Rabu, 2 September 2020. 

Beberapa penelitian membuktikan, memasak memiliki berbagai macam manfaat, termasuk menuntaskan kekhawatiran akan higienitas.

Berikut ulasan singkat para pakar kesehatan mengenai sisi positif memasak terutama untuk Anda yang masih membatasi kegiatan di luar rumah di fase adaptasi kebiasaan baru ini. 

1. Berikan kepuasan tersendiri (self-rewarding)

Bagi yang sering bingung dan bosan berkegiatan di rumah selama tahun 2020 dan mungkin juga sudah lama ingin menguasai keterampilan (skill) baru, memasak bisa menjadi salah satu keahlian yang bisa dipelajari dan bisa berpengaruh terhadap perasaan dan pikiran.

“Dengan bahan yang siap masak sebenarnya sangat memudahkan. Kita tidak harus punya skill ahli dalam memasak, namun tetap memudahkan kita mencapai self rewarding. Jadi kita set standarnya juga jangan ketinggian sehingga mencapainya pun bisa jadi lebih mudah karena kegiatan ini dilakukan sendiri rumah," kata Dessy.

2. Cara terapi

Menurut psikolog dan akademisi Universitas Indonesia Dr. Rose Mini Agoes Salim, memasak memberikan kenyamanan dan menambah eksistensi diri. Jika seseorang menikmati kegiatan memasak, daya tahan tubuh pun akan meningkat karena berarti ada hormon yang keluar yang membuat kita tidak dalam situasi tegang. Ini yang dapat membantu kita bertahan menghadapi pandemi.

3. Agar lebih kreatif

Sebuah penelitian dari tahun 2016 mengungkapkan, memasak dapat meningkatkan kreativitas dan kebahagiaan. Studi ini mengikuti gerakan dan bahasa tubuh 658 orang selama dua minggu ketika memasak dengan cermat.

Para peneliti mencatat ketika orang melakukan hal-hal kecil, bermakna, dan menenangkan seperti memanggang setiap hari, membuat mereka merasa lebih bahagia.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Kreativitas yang terlibat dalam memanggang, menurut para ilmuwan di balik penelitian tersebut, membuat orang merasa lebih ‘membumi’ dan mampu melakukan sesuatu.

4. Hemat biaya

"Memasak di rumah cenderung menghemat uang, yang lebih lanjut dapat berdampak positif pada keseluruhan situasi keuangan seseorang," tutur asisten profesor psikologi dan pemilik Sycamore Counseling Services, Jamie McNally.

Lebih lanjut, kondisi finansial dapat memperburuk kondisi kesehatan mental dan tekanan pada hubungan, karena pertengkaran tentang uang cenderung menjadi salah satu konflik paling umum dalam suatu hubungan.

"Pasangan dapat menggunakan memasak di rumah untuk memperkuat hubungan mereka tidak hanya dengan menabung, tetapi juga dengan menggunakan kesempatan untuk menikmati makanan bersama," saran McNally.

5. Tingkatkan kualitas hubungan di rumah

“Lebih sering melakukan kegiatan dari rumah di masa pandemi ini ternyata dapat lebih sering menimbulkan konflik. Namun memasak bersama bisa dilakukan untuk mengatasi ini," kata Dessy.

Bagi Anda yang merasa tidak bisa masak, kini bisa memesan bahan siap masak melalui aplikasi. Menurut Dessy, menu siap masak memungkinkan pasangan dan anak yang tidak biasa memasak bisa terlibat.

Rose Mini turut mengungkapkan, alasan orang gemar makanan siap masak juga bukan semata-mata karena waktu, namun juga karena kepraktisannya.

"Bahkan orang yang tidak bisa masak pun bisa berkreasi dengan menu instan (siap masak) dengan berbagai macam tambahan menu. Hal ini akan menimbulkan rasa senang dan menghindari stress," ungkap dia.

6. Kurangi kecemasan atas higienitas di masa pandemi

Di masa pandemi seperti saat ini, higienitas menjadi salah satu faktor penting yang harus terus diperhatikan, termasuk halnya makanan. Bagi yang masih ragu membeli makanan dari luar karena alasan higienitas, maka bisa mencoba memasak sendiri.

Iklan

Berita Selanjutnya



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Mengapa Stres Bisa Sebabkan Sakit Punggung?

2 hari lalu

Ilustrasi sakit punggung. Freepik.com/Gpointstudio
Mengapa Stres Bisa Sebabkan Sakit Punggung?

Stres sebabkan sakit punggung bisa terjadi lantaran tubuh Anda mengalami reaksi kimia sebagai respons terhadap stres.


Cara Menjaga Kualitas Hubungan dengan Pasangan Pasca Melahirkan Anak Pertama

4 hari lalu

Ilustrasi ibu dan bayi. Unsplash.com/Sharon Muccutcheon
Cara Menjaga Kualitas Hubungan dengan Pasangan Pasca Melahirkan Anak Pertama

Studi menemukan bahwa sikap terhadap sentuhan berdampak pada pasangan dalam transisi menjadi orang tua atau usai melahirkan anak pertama.


Pasca Lebaran 2024 Tak Ada Salahnya Cek Kesehatan

5 hari lalu

Ilustrasi cek kesehatan (Pixabay,com)
Pasca Lebaran 2024 Tak Ada Salahnya Cek Kesehatan

Kenaikan berat badan seringkali diikuti dengan kenaikan kolesterol karena pola konsumsi yang berlebihan saat berlibur panjang dan menu Lebaran 2024.


Inilah 5 Alasan Waktu Liburan Terasa Begitu Cepat

6 hari lalu

Ilustrasi liburan (Pixabay.com)
Inilah 5 Alasan Waktu Liburan Terasa Begitu Cepat

Ternyata terdapat berbagai faktor psikologis dan eksternal yang dapat membuat waktu terasa semakin cepat berlalu selama liburan.


10 Langkah Tangkal Peradangan Penyebab Penyakit Kronis

6 hari lalu

Ilustrasi pria makan sehat atau sayur. shutterstock.com
10 Langkah Tangkal Peradangan Penyebab Penyakit Kronis

Peradangan bisa memicu berbagai penyakit kronis bila didiamkan, seperti penyakit jantung dan kanker. Namun, ada cara untuk mencegahnya.


Bagaimana Bisa Stres Orang Tua Menyakiti Anak? Begini Kiat Mengatasi Self Harm

6 hari lalu

Ilustrasi stres/bingung. Shutterstock.com
Bagaimana Bisa Stres Orang Tua Menyakiti Anak? Begini Kiat Mengatasi Self Harm

Tindakan ini dipandang sebagai cara untuk meluapkan rasa sakit dan stres psikologis hingga mengembalikan rasa tenang.


Kelola Penggunaan Media Sosial agar Tidak Stres dengan Tips Berikut

7 hari lalu

Ilustrasi bermain media sosial. (Unsplash/Leon Seibert)
Kelola Penggunaan Media Sosial agar Tidak Stres dengan Tips Berikut

Berikut beberapa tips untuk meminimalkan dampak penggunaan media sosial terhadap tingkat stres pada peringatan Bulan Kesadaran Stres.


Teknik Pernapasan 4-7-8 untuk Meredakan Stres dan Kecemasan, Begini Caranya

16 hari lalu

Ilustrasi wanita berlatih yoga. shutterstock.com
Teknik Pernapasan 4-7-8 untuk Meredakan Stres dan Kecemasan, Begini Caranya

Berikut cara melakukan teknik pernapasan 4-7-8 untuk membantu meredakan stres dan mengurangi kecemasan. Bagaimana tahapannya?


Macet Pengaruhi Kesehatan Tubuh, Ini Tips Kurangi Stres Saat Mudik Lebaran

16 hari lalu

Ilustrasi kemacetan arus mudik / balik. TEMPO/Prima Mulia
Macet Pengaruhi Kesehatan Tubuh, Ini Tips Kurangi Stres Saat Mudik Lebaran

Stres saat mudik biasanya terjadi ketika kita terjebak dalam kemacetan yang panjang dalam perjalanan menuju kampung halaman. Simak tips kurangi stres.


Mengenal Penyakit Autoimun, Gejala dan Cara Mengurangi Risikonya

17 hari lalu

Ilustrasi autoimun. Shutterstock
Mengenal Penyakit Autoimun, Gejala dan Cara Mengurangi Risikonya

Penyakit autoimun tidak dapat dicegah namun terdapat cara untuk mengurangi risikonya. Bagaimana pula gejalanya?