TEMPO.CO, Jakarta - Kolesterol merupakan lemak yang dibutuhkan tubuh untuk membentuk hormon, vitamin D, dan asam empedu dalam mencerna makanan. Selain diproduksi tubuh, kolesterol juga bisa didapatkan dari sumber makanan hewani, seperti kuning telur, daging dan keju.
Ada dua jenis kolesterol, yaitu HDL atau high-density lipoprotein, yakni jenis kolesterol yang digolongkan sebagai kolesterol baik. HDL membawa kolesterol dari bagian lain tubuh kembali ke hati. Hati kemudian membuang kolesterol dari tubuh Anda.
Sedangkan jenis berikutnya adalah LDL atau low-density lipoprotein, yang juga dikenal sebagai kolesterol jahat. Alasan mengapa jenis kolesterol ini disebut sebagai kolesterol jahat adalah kadar LDL yang tinggi dapat menyebabkan penumpukan plak di arteri.
Kolesterol tinggi merupakan salah satu masalah kesehatan utama yang dialami wanita, seperti dilansir dari laman Healthywomen. Meski demikian, banyak wanita yang berisiko memiliki kolesterol tinggi tapi tidak menyadarinya.
Ukuran kolesterol total yang tergolong normal sebesar kurang dari 200 mg/dL, sedangkan ambang batas tinggi 200 hingga 239 mg/dL, dan kategori tinggi 240 mg/dL atau lebih.
Secara umum, wanita memiliki kadar kolesterol HDL atau kolesterol baik yang lebih tinggi dibandingkan pria. Hal ini dikarenakan hormon estrogen yang tampaknya berperan dalam meningkatkan HDL. Akan tetapi, kondisi ini berubah pada saat menopause. Banyak wanita mengalami perubahan drastis, di mana kadar kolesterol total dan LDL mengalami kenaikan, sementara kolesterol HDL malah mengalami penurunan. Setelah menopause, kadar kolesterol mengalami fluktuasi. Kolesterol juga cenderung meningkat seiring bertambahnya usia wanita.
Selain itu, trigliserida (lemak dalam darah) juga lebih berisiko pada wanita dibandingkan dengan pria. Hal tersebut membuat wanita memiliki risiko lebih besar terkena penyakit jantung dan stroke. Tidak hanya itu, faktor genetik dan gaya hidup juga turut memengaruhi. Sering kali, tidak ada gejala kolesterol tinggi pada wanita yang spesifik sehingga Anda mungkin tidak menyadarinya.
Gejala hanya akan muncul setelah kolesterol tinggi menyebabkan gangguan pembuluh darah, seperti:
- Nyeri dada (angina)
- Kelemahan atau kebas pada tangan dan kaki
- Gangguan penglihatan pada salah satu mata
- Sakit saat berjalan.
Banyak wanita tidak menyadari telah memiliki kolesterol tinggi hingga mengalami salah satu kejadian yang mengancam jiwa, misalnya stroke atau serangan jantung. Sebagian lagi mengetahuinya melalui pemeriksaan kolesterol darah rutin. Oleh karena itu, periksalah kolesterol darah secara berkala untuk mengantisipasi berbagai masalah kesehatan.
Apabila kadar kolesterol Anda terbukti tinggi, ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mengatasinya. Pertama melalui pemberian obat penurun kolesterol seperti statin didasarkan pada keseluruhan risiko serangan jantung dan stroke. Termasuk faktor nonkolesterol, seperti usia, genetik, tekanan darah, kebiasaan merokok, dan peningkatan gula darah.
Jika Anda memiliki kondisi-kondisi tertentu, seperti terdapat penyakit pembuluh darah, terbukti mengalami aterosklerosis, dan berisiko tinggi mengalami penyakit jantung, maka dokter akan meresepkan obat jenis statin untuk pencegahan walaupun nilai LDL Anda normal. Karena obat ini pada dasarnya untuk mengobati plak di arteri.
Selain obat-obatan, Anda juga disarankan menjalani gaya hidup sehat. Misalnya menjaga berat badan yang ideal, tidak merokok, berolahraga selama 30 menit setidaknya lima hari atau lebih per minggu. Tubuh yang kurang aktif dapat menyebabkan penurunan kadar kolesterol baik HDL.
Konsumsi makanan yang dapat menurunkan LDL, seperti buah-buahan, sayur-mayur, protein tanpa lemak, dan serat larut tinggi, seperti kacang-kacangan dan gandum. Hindari minuman dengan pemanis, pilihlah air dan teh tanpa pemanis. Konsumsi lemak tak jenuh tunggal dan tak jenuh ganda dalam jumlah yang memadai, seperti yang ditemukan dalam minyak zaitun, kacang-kacangan, dan ikan berlemak seperti salmon.