TEMPO.CO, Jakarta - Hipertensi atau tekanan darah tinggi biasanya ditemukan pada orang dewasa. Namun, kondisi ini juga ternyata bisa ditemukan pada anak-anak. Sama halnya pada orang dewasa, hipertensi pada anak juga bisa mengakibatkan efek kesehatan jangka panjang yang serius, seperti penyakit jantung, penyakit ginjal, dan stroke.
Hipertensi pada anak dapat disebabkan oleh beberapa faktor risiko yang meliputi kondisi kesehatan, genetika, dan faktor gaya hidup. Berdasarkan jenis faktor risiko tersebut, hipertensi pada anak dibedakan menjadi dua yaitu:
1. Hipertensi primer
Tekanan darah tinggi jenis ini ini lebih sering terjadi pada anak-anak berusia 6 tahun atau lebih. Faktor yang dapat meningkatkan risiko anak terkena hipertensi primer antara lain kelebihan berat badan atau obesitas, memiliki riwayat keluarga dengan hipertensi, memiliki diabetes tipe-2 atau kadar gula darah yang tinggi, memiliki kolesterol tinggi, terlalu banyak mengonsumsi garam, kurang bergerak aktif, dan merokok atau terpapar asap rokok.
2. Hipertensi sekunder
Ini biasanya terjadi pada anak yang masih kecil. Adapun faktor risikonya antara lain penyakit ginjal kronis, penyakit ginjal polikistik, permasalahan pada jantung, gangguan adrenal, hipertiroidisme, penyempitan arteri ke ginjal, tumor langka di kelenjar adrenal (pheochromocytoma), gangguan tidur, terutama sleep apnea obstruktif, serta obat-obatan tertentu, seperti steroid.
Hipertensi pada anak awalnya tak menunjukkan gejala apapun. Namun, ketika kondisi makin berat atau keadaan darurat, ada beberapa gejala yang terlihat. Gejala itu antara lain sakit kepala, nyeri dada, jantung berdebar kencang, muntah, sesak napas, dan kejang.
Jangan pernah mengabaikan hipertensi pada anak karena akibatnya fatal. Ajari anak menjalani gaya hidup sehat untuk mencegah kondisi ini.