TEMPO.CO, Jakarta - Menstruasi merupakan proses luruhnya dinding rahim yang disertai dengan perdarahan yang mulai terjadi setelah pubertas. Idealnya, menstruasi terjadi secara teratur. Federasi Internasional Ginekologi dan Kebidanan telah menetapkan batas siklus haid normal berada di kisaran 24-38 hari sekali.
“Dengan kata lain, rata-rata haid terjadi setiap 24 hari sekali atau paling lama 38 hari sekali,” kata dokter spesialis kebidanan dan kandungan Kanadi Sumapraja dalam webinar "Masalah Haid Tidak Teratur" pada Selasa, 7 Juli 2020.
Apabila siklus kurang atau lebih itu, menstruasi bisa dikatakan tidak lancar atau tidak teratur. Menstruasi yang tidak teratur terjadi ketika siklus haid lebih lambat, lebih cepat, bahkan terlewat beberapa bulan. Kondisi ini ternyata dapat berdampak buruk pada perempuan, salah satunya adalah gangguan kesuburan karena tidak terjadinya ovulasi.
“Kemungkinan besar dia tidak mengalami ovulasi, kalau tidak ada ovulasi, tidak ada masa subur karena tidak ada sel telur yang matang,” kata konsultan fertilitas, endokrinologi, dan reproduksi di Rumah Sakit Pondok Indah ini.
Selain itu, tidak terjadinya ovulasi juga akan membuat dinding rahim terus menebal, sehingga suatu saat dinding tersebut akan mengalami kebocoran dan mengeluarkan darah.
“Sering terjadi, lama tidak haid, dan ketika haid, keluar banyak darah menggumpal,” kata Kanadi.
Kanadi mengimbau untuk memeriksakan diri ke dokter apabila menemukan hal yang tidak biasa dalam pola menstruasi seperti siklus menstruasi yang tidak sesuai, volume darah yang tidak seperti biasanya, ataupun lama waktu menstruasi.
“Ada dua tata laksana yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah menstruasi tersebut. Pertama adalah dengan mengatur siklus menstruasi untuk melindungi perempuan dari efek samping. Kedua, dengan mengembalikan kesuburannya agar dapat memiliki anak,” kata Kanadi.
MUHAMMAD AMINULLAH