TEMPO.CO, Jakarta - Sering kali Anda mendapat pesan untuk bersabar kala berkeluh kesah tentang masalah yang dihadapi. Namun mengucapkan kata sabar tak selalu mudah dilakukan. Padahal jika Anda terlatih menghadapi masalah dengan sabar tentu akan membuat semua aspek kehidupan terasa lebih baik.
Tujuan menjadi orang sabar bukan hanya mengelola emosi dengan lebih baik saja. Tapi juga orang yang sabar bisa memelihara hubungan dengan orang lain, karir, dan kesuksesannya lebih baik. Tapi untuk bisa menjadi orang sabar perlu waktu dan usaha keras. Tidak ada orang yang terlahir sabar, terlepas dari apapun sifat mereka. Bahkan orang yang paling tidak emosional sekalipun pasti bisa menjadi tidak sabar untuk hal-hal tertentu.
Berikut ini beberapa cara berlatih menjadi orang sabar
1. Kenali sinyal dari tubuh
Validasi emosi dan kenali sinyal dari tubuh setiap kali emosi negatif yang bertentangan dengan sifat sabar muncul. Jangan langsung mengalokasikan seluruh pikiran dan tenaga untuk mencari solusinya, tapi tanyakan juga bagaimana perasaan diri sendiri. Dengan fokus pada diri sendiri, maka seseorang bisa mengenali emosinya lebih baik. Cara ini juga menjaga agar seseorang tidak menjadi sosok yang tak bisa mengendalikan temperamen dan emosi dalam dirinya.
2. Tetap ambil sisi positif
Seberapa mengganggunya situasi yang tengah terjadi, tetap ambil sisi positif dari kondisi itu. Memang tidak mudah, terlebih ketika pikiran sudah didominasi emosi negatif. Namun orang sabar selalu bisa mengambil celah – sekecil apapun – untuk meresapi bahwa ini adalah situasi yang terbaik. Contohnya ketika sedang menunggu orang yang sudah 30 menit terlambat datang ke meeting. Memang bukan hal yang baik membuat orang lain menunggu. Namun orang sabar akan melihat dari perspektif yang berbeda, seperti mungkin saja rekannya datang terlambat justru bisa selamat karena kendaraan yang seharusnya ditumpanginya 30 menit lalu mengalami kecelakaan.
3. Relaksasi
Relaksasi dan bernapas dengan tenang juga bisa membantu seseorang menjadi lebih sabar ketika situasi tidak menyenangkan terjadi padanya. Pada tiap tarikan napas, serap semua energi positif di sekitar. Saat menghembuskan napas, buang energi negatif yang bersemayam dalam tubuh. Cara ini bisa dilakukan ketika merasa sangat marah dan bagaikan ingin meledak. Ketimbang marah dan justru menyesali apa yang terlontar saat didominasi emosi, lebih baik coba berlatih relaksasi dan pernapasan. Alternatifnya, tinggalkan situasi atau orang yang membuat emosi dan cari distraksi lain.
4. Kelola ekspektasi
Mengelola ekspektasi dan kekecewaan rupanya juga merupakan jalan menjadi orang sabar. Jangan berharap segala sesuatu berjalan dengan sempurna karena hanya akan membuat diri sendiri rentan stres. Untuk itu, pahami bahwa tidak semua hal akan berjalan sesuai rencana. Dengan demikian, pikiran pun akan menjadi lebih lapang dada menerima apa yang terjadi.
5. Pahami bahwa rasa marah itu bagai candu
Otak manusia berkembang dengan memprioritaskan perlindungan diri, baik secara fisik maupun emosional. Jadi, langkah pertama untuk menjadi orang sabar adalah pahami bahwa emosi-emosi negatif yang bertentangan dengan rasa sabar seperti marah, kesal, tersinggung, menyalahkan orang lain, dan lainnya akan membuat orang kecanduan.
6. Berani menantang pemicu ketidaksabaran
Jika benar-benar ingin berlatih secara nyata bagaimana menjadi orang sabar, coba praktikkan pada kehidupan sehari-hari. Secara alami, saat berada di supermarket orang akan memilih antrean kasir yang paling pendek. Namun jika ingin berlatih menjadi orang sabar, lakukan hal sebaliknya.Hal ini bisa diaplikasikan pada banyak hal, bukan hanya saat mengantre saja. Latihlah tubuh dan pikiran untuk terbiasa dengan situasi yang lebih lama demi beradaptasi menjadi orang sabar.
Baca juga: Kunci Hidup Tenang, Melatih Kesabaran dengan Relaksasi sampai Banyak Bersyukur
7. Ingat, hidup ini singkat
Semua orang menumpang hidup di dunia ini untuk sementara. Ketika semua hal terasa salah, ingat bahwa hidup ini singkat untuk diisi dengan emosi-emosi negatif. Dengan memahami hal ini, seseorang akan lebih memprioritaskan apa yang perlu dilakukan atau dipikirkan, bukan yang tidak bermanfaat. Perspektif ini membantu seseorang untuk tidak membesar-besarkan hal kecil yang terjadi tak sesuai harapan.