TEMPO.CO, Jakarta - Sejak pandemi Covid-19 dimulai, sebagian orang ada yang memilih menggunakan face shield dan masker saat bepergian ke tempat-tempat umum, termasuk di era new normal saat ini. Face shield adalah pelindung wajah yang terbuat dari plastik bening dan kaku untuk menutupi wajah hingga memanjang ke bawah area dagu penggunanya
Ada beberapa kelebihan face shield hingga membuatnya cukup populer belakangan ini? Menurut artikel yang dimuat dalam Journal of the American Medical Association, alat pelindung wajah ini menawarkan beberapa kelebihan, seperti dapat digunakan kembali tanpa batas waktu yang ditentukan, lebih mudah dibersihkan dengan sabun dan air atau cairan desinfektan biasa, melindungi jalur masuk infeksi virus, seperti mata, hidung, dan mulut, mengurangi risiko terhirupnya virus yang tersebar melalui droplet, mencegah penggunanya menyentuh area wajah, dapat diproduksi dan didistribusikan dengan cepat, dan tentu lebih nyaman digunakan dibandingkan masker.
Namun desain alat pelindung wajah ini memiliki kekurangan, yakni terdapat celah antara face shield dan wajah. Padahal, penularan Covid-19 sebagian besar terjadi melalui droplet yang dikeluarkan oleh orang yang terinfeksi saat ia bernapas, batuk, atau bersin.
Sebab itu, risiko penularan virus corona pun tetap masih ada walaupun Anda hanya menggunakan face shield. Sedangkan, masker menyisakan celah yang sangat sedikit sekali karena menempel langsung dengan hidung dan mulut. Anda tidak dapat hanya mengandalkan face shield untuk cegah virus corona dan menanggalkan masker. Sebaliknya, Anda tetap perlu menggunakan alat pelindung tambahan berupa face shield setelah masker.
Jadi, pada situasi tertentu, face shield dapat dipakai bersamaan dengan masker sebagai alat perlindungan lebih untuk mencegah penularan virus corona. Dengan ini, Anda dapat melindungi area wajah dari virus yang mungkin dikeluarkan oleh orang lain melalui droplet. Tak hanya itu, face shield juga dapat membantu mencegah agar masker yang Anda gunakan tidak cepat basah.
Seorang ahli dari University of Iowa menyatakan bahwa face shield memang dapat dijadikan sebagai salah satu alat pelindung diri bagi masyarakat untuk mencegah penularan virus corona saat berada di luar rumah. Hal ini diungkapkan melalui sebuah laporan yang dipublikasikan dalam Journal of The American Medical Association.
Namun, laporan dari tim ahli University of Iowa mengenai face shield untuk cegah penularan virus corona masih membutuhkan penelitian lebih lanjut yang berskala besar guna mengetahui keefektifannya. Pasalnya, belum ada studi terkait yang membuktikan efektivitas face shield untuk cegah virus yang dikeluarkan melalui cipratan air liur dari pengguna yang terinfeksi virus penyakit, termasuk virus corona.
Pemakaian face shield bisa jadi perlindungan tambahan. Ini perlu dilakukan terutama oleh kelompok yang berisiko besar mengalami penularan Covid-19, seperti tenaga kesehatan di rumah sakit hingga orang-orang yang pekerjaan sehari-harinya bertemu dengan banyak orang.
Di Singapura, penggunaan face shield diutamakan untuk kelompok orang tertentu saat bepergian atau berada di tempat umum. Kelompok masyarakat yang dimaksud adalah anak berusia 12 tahun ke bawah karena kesulitan menggunakan masker dalam jangka waktu yang lama, orang-orang yang memiliki penyakit pernapasan sehingga menyulitkan mereka untuk mengenakan masker, dan orang yang pekerjaannya sering berbicara di suatu kelompok, seperti guru atau dosen, yang dapat melakukan aturan physical distancing.