TEMPO.CO, Jakarta - Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) mengumumkan tahun ajaran baru dimulai 13 Juli 2020, tetapi bukan berarti kegiatan belajar mengajar dilakukan di sekolah. Metode belajar tahun ajaran baru bakal bergantung pada kondisi masing-masing daerah. Apakah anak-anak akan melakukan pembelajaran jarak jauh atau di rumah seperti semester ini?
Menjalani di rumah saja, termasuk belajar, bagi anak-anak tentu tidaklah mudah, namun bukan berarti tidak bisa. Hanya saja, banyak orang tua yang khawatir eksplorasi belajar dan interaksi anak jadi terbatas.
Psikolog Nuzulia Rahma Tristinarum mengatakan dampak belajar di rumah yang anak rasakan tergantung pada orang tua.
"Justru dengan di rumah saja anak mendapatkan hal-hal baik yang selama ini bisa jadi tidak diperoleh sebelumnya," ucap Nuzulia saat dihubungi oleh Tempo.co, Selasa 2 Juni 2020.
Anak punya waktu lebih lama bersama dengan keluarga, lebih dekat dengan ayah dan ibunya, lebih mengenal dan memahami saudara kandungnya, lebih sering dapat pelukan dari orang tuanya.
Belajar online atau belajar dari rumah didampingi orang tua pun bisa menyenangkan. Anak juga jadi lebih sering ngobrol dan didengarkan ceritanya oleh orang tuanya. Semua kondisi tersebut justru baik bagi psikologis anak
Namun, bagaimana dengan dukungan untuk eksplorasi, bermain dan bersosialisasi anak? Nuzulia mengatakan, kondisi di rumah saja sebenarnya tidak berdampak buruk bagi anak.
"Orang tua tetap bisa menumbuhkan dan menciptakan hal tersebut pada anak. Bukankah memang sebenarnya ini adalah tanggung jawab orang tua? Bukan tanggung jawab sekolah atau guru, mereka hanya membantu. Tanggung jawab utama dalam proses tumbuh kembang anak tetaplah orang tuanya," ucap Psikolog di Pro Help Center ini.
Bermain dan bereksplorasi bisa dilakukan bersama orang tua di rumah. Caranya seperti apa bisa dicari lewat berbagai media online. Banyak komunitas yang membahas hal ini, bisa diakses online. Semua sudah mudah saat ini asal orang tua mau.
"Terkait interaksi sosial, jika tidak bisa dilakukan secara langsung, bisa menggunakan media online. Hal ini memang bukan kondisi terbaik, namun tetap bisa dimaksimalkan dengan menggunakan fasilitas yang ada," lanjut Nuzulia.
Selama ini bisa jadi fasilitas online yang ada belum digunakan dengan maksimal oleh anak untuk sarana bersosialisasi yang tepat. Hal ini karena sosialisasi masih perlu bimbingan orang tua, namun saat ini orang tua pun masih dalam tahap adaptasi dengan kondisi sekarang, juga adaptasi dalam menggunakan teknologi sehingga interaksi sosial pada anak belum maksimal.
"Walaupun demikian itu bukan masalah besar karena yang terpenting adalah interaksi di antara sesama anggota keluarga. Itu yang tidak boleh luput dari perhatian kita," kata Nuzulia.