Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

New Normal, Ini 6 Tips Pakai Masker agar Nyaman dan Cegah Iritasi

Reporter

Editor

Mila Novita

image-gnews
Ilustrasi wanita memakai masker. shutterstock.com
Ilustrasi wanita memakai masker. shutterstock.com
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Dunia akan memasuki kehidupan normal baru atau new normal karena virus corona penyebab Covid-19. Setiap orang diminta menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat, salah satunya menggunakan masker setiap kali ke luar rumah meskipun nantinya pembatasan sosial berskala besar (PSBB) telah berakhir. 

Masker, meskipun yang terbuat dari kain, dapat melindungi diri sendiri maupun orang lain dari virus corona. Hanya saja, penggunaan masker setiap hari membuat beberapa orang tidak nyaman. Masker dengan tali karet bisa menyebabkan iritasi, apalagi jika terlalu ketat. Sementara, bahan yang tidak tepat juga bisa menyebabkan Anda sulit bernapas. 

Berikut tips memakai masker agar lebih nyaman, tanpa mengorbankan keamanan Anda di era new normal. 

1. Pastikan pas di wajah

Masker yang tidak pas di wajah membuat Anda sering menyentuhnya untuk memperbaiki. Tangan Anda berisiko membawa virus yang bisa terhirup. Selain itu, masker yang terlalu ketat bisa membuat telinga sakit.

"Masker harus pas di wajah Anda, dan tidak longgar atau terlalu ketat," saran Robert Raimondi, dokter gigi dari One Manhattan Dental, seperti dikutip Your Tango.

2. Pastikan bisa bernapas dengan nyaman

Jika Anda tidak bisa bernapas dengan nyaman, kemungkinan Anda melepasnya sehingga jadi tidak aman.

Untuk mengetahui nyaman atau tidaknya untuk bernapas, pasang masker di wajah Anda lalu coba bernapas seperti biasa. Kemudian, cobalah berbicara sambil mengenakannya. Anda akan semakin sulit bernapas ketika sedang olahraga atau membawa beban.

3. Tata rambut Anda

Jika Anda memiliki rambut panjang dan tali masker atau loop band cukup melar, Anda dapat menyanggul atau menguncirnya. Kemudian, lilitkan loop band pada ikatan rambut Anda, bukan di telinga.

“Ini dapat membantu menghilangkan tekanan karet. Beberapa orang juga menggunakan klip yang dililitkan loop atau membeli masker yang dililitkan di kepala (seperti masker hijab), alih-alih menyangkutkannya di telinga Anda,” kata Stephen Lloyd, dokter yang juga Kepala Petugas Medis di JourneyPure, Amerika Serikat.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

4. Pilih bahan yang baik

Masker medis memang paling efektif, tapi masyarakat umum cukup memakai masker kain. Pilih masker kain dengan bahan tepat, yang terbaik adalah bahan katun 100 persen.

"Bahan ini lebih dingin dari poliester dan tidak akan membuat Anda kepanasan,” kata Stephen Lloyd.

Bahan ini juga cenderung membuat bernapas lebih mudah, membuat masker lebih nyaman dikenakan.

5. Jangan gunakan pelumas pada masker

Banyak orang menyarankan menggunakan Vaseline pada masker untuk menghindari iritasi. Tapi ini tidak disarankan dokter.

"Kami tidak merekomendasikan melumasi masker Anda. Wajah yang bersih adalah yang terbaik,” kata Raimondi. "Kami sangat menyarankan Anda merawat kulit untuk memastikannya tetap lembap. Anda bisa merawat kulit yang sakit dengan hal-hal seperti Aquaphor atau Vaseline untuk menjaga luka tetap bersih dan lembap."

6. Ganti saat sudah usang 

Masker kain meskipun bisa dicuci dan dipakai ulang, Anda tetap harus menggantinya setelah pemakaian dalam jangka waktu tertentu. Kapan saatnya? Ketika karet mengendur, kain terasa usang atau menipis, dan ada bagian yang sobek. Berapa lama waktu yang dibutuhkan, tergantung pada seberapa sering Anda mencucinya atau seberapa kuat bahan masker tersebut.

“Jika Anda telah berkali-kali mencuci masker kain, mungkin mulai terasa gatal, aus, atau tipis, sehingga menambah ketidaknyamanan. Inilah saatnya membuang dan menggantinya dengan yang baru,” kata Stephen Lloyd.

Iklan

Berita Selanjutnya



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Belum Ada Kasus Virus B di Indonesia, Kemenkes Tetap Minta Waspada

7 hari lalu

Ilustrasi monyet peliharaan. AP/Rajesh Kumar Singh
Belum Ada Kasus Virus B di Indonesia, Kemenkes Tetap Minta Waspada

Kemenkes menyatakan hingga kini belum terdeteksi adanya risiko kasus Virus B di Indonesia namun masyarakat diingatkan untuk tetap waspada


Waspada Flu Singapura Menjangkit Anak-anak, Ini 6 Cara Pencegahannya

8 hari lalu

Flu Singapura.
Waspada Flu Singapura Menjangkit Anak-anak, Ini 6 Cara Pencegahannya

Flu singapura rentan menjangkit anak-anak. Flu ini juga dengan mudah menular. Bagaimana cara mengantisipasinya?


BRIN Kembangkan Teknologi Biosensor Portabel Pendeteksi Virus Hingga Pencemaran Lingkungan

8 hari lalu

Suasana Kantor Badan Riset dan Inovasi Nasional atau BRIN di Jakarta. Tempo/Tony Hartawan
BRIN Kembangkan Teknologi Biosensor Portabel Pendeteksi Virus Hingga Pencemaran Lingkungan

Pusat Riset Elektronika BRIN mengembangkan beberapa produk biosensor untuk mendeteksi virus dan pencemaran lingkungan.


Spesialis Paru Ungkap Beda Flu Singapura dan Flu Musiman

12 hari lalu

Sejumlah perawat dengan menggunakan masker melakukan pemeriksaan terhadap LSY (5 tahun) warga negara Singapura suspect flu babi (H1N1) di ruang isolasi RSUD Tanjungpinang, Kepulauan Riau. Selasa (21/7). ANTARA/Yusnadi Nazar
Spesialis Paru Ungkap Beda Flu Singapura dan Flu Musiman

Dokter paru ungkap perbedaan antara Flu Singapura atau penyakit tangan, mulut, dan kuku dengan flu musiman meski gejala keduanya hampir mirip.


Penularan Flu Singapura di Indonesia Meluas, IDAI: Data Pastinya Tak Bisa Dijelaskan

14 hari lalu

Ilustrasi virus flu. freepik.com
Penularan Flu Singapura di Indonesia Meluas, IDAI: Data Pastinya Tak Bisa Dijelaskan

Diyakini kalau seluruh kasus Flu Singapura di Indonesia menginfeksi anak-anak. Belum ada kasus orang dewasa.


Ketahui Penyebab dan Proses Penularan Virus Demam Berdarah

15 hari lalu

Ilustrasi nyamuk demam berdarah (pixabay.com)
Ketahui Penyebab dan Proses Penularan Virus Demam Berdarah

Demam berdarah disebabkan oleh salah satu dari empat jenis virus dengue yang berbeda.


Fakta Seputar Flu Singapura, Kemenkes: Awal Maret Ribuan orang Terjangkit

16 hari lalu

Flu Singapura.
Fakta Seputar Flu Singapura, Kemenkes: Awal Maret Ribuan orang Terjangkit

Flu Singapura memiliki gejala yang hampir menyerupai cacar air, virusnya hanya memerlukan waktu inkubasi 3-6 hari untuk menyerang imunitas tubuh.


Kenali Gejala Demam Berdarah dan Bahaya yang Mengintainya

16 hari lalu

Ilustrasi demam berdarah dengue atau DBD. Pexels/Tima Miroscheniko
Kenali Gejala Demam Berdarah dan Bahaya yang Mengintainya

Demam berdarah (DBD) dapat menyebabkan pendarahan serius, penurunan tekanan darah tiba-tiba, bahkan berujung pada kematian.


Waspada Demam Berdarah Menjelang Libur Hari Raya Idul Fitri

19 hari lalu

Ilustrasi demam berdarah dengue atau DBD. Pexels/Tima Miroscheniko
Waspada Demam Berdarah Menjelang Libur Hari Raya Idul Fitri

Seorang individu tidak hanya berisiko terkena demam berdarah dengue (DBD), tetapi juga berpotensi menyebarkan virus dengue apabila telah terinfeksi.


Leptospirosis Penyakit Langganan Musim Hujan, Seberapa Berbahaya?

20 hari lalu

Ilustrasi banjir. Dok. TEMPO/M. Iqbal Ichsan
Leptospirosis Penyakit Langganan Musim Hujan, Seberapa Berbahaya?

Leptospirosis adalah penyakit yang kerap muncul setiap musim hujan, terutama di daerah yang rawan banjir dan genangan air. Seberapa berbahaya?