TEMPO.CO, Jakarta - Ibadah puasa di bulan Ramadan tahun ini bertepatan dengan masa Pandemi Covid-19. Hal ini tentu saja menjadi pengalaman baru bagi hampir semua orang. Banyak lini kehidupan yang mesti disesuaikan termasuk juga dengan pengelolaan keuangan. Apalagi di bulan Ramadan biasanya kebutuhan harian juga meningkat.
Perencana Keuangan Prita Ghozie mengatakan hampir semua rumah tangga itu model keuangannya ialah mode survival. Sebab itu penting untuk membagi anggaran untuk living, saving, dan playing.
"Pertama pastikan juga berapa sih sebenarnya yang perlu kita keluarkan untuk hal-hal wajib. Mulai cicilan, bayaran sekolah, pastikan kita bisa makan dan minum. Kebutuhan ini termasuk dalam post living," ucap Prita dalam Talkshow Bergizi Mengelola Keuangan Saat Puasa dan Pandemi yang diinisai oleh Dokter Arti Indira dan Dokter Tompi, Senin 11 Mei 2020.
Kemudian untuk saving atau menabung, dalam kondisi pandemi ini kita harus mengetahui kondisi tabungan bisa sampai akhir tahun atau tidak. "Kuncinya kita mesti jujur dulu berapa pemasukan kita yang terhitung sampai akhir Desember ini," ujarnya.
Alokasi ketiga untuk playing yang kini telah menjadi kebiasaan baru lainnya yakni belanja online. Terkadang kita tidak bisa membedakan antara kebutuhan dan keinginan yang belakangan ini sering menjadi keluhan banyak orang. Salah satu katarsis menghadapi masalah bersama ini banyak yang beralih belanja online.
"Kita bisa cek lagi berapa banyak barang dan berapa jenis, sebab ada beberapa orang yang stres release-nya dengan belanja. Mulai dari barang yang kita butuhkan mana yang tidak. Kelompokkan lagi antara apa yg benar-benar kita butuh atau sekadar beli," kata Prita.
Setelah mencatat semua anggaran, jika ternyata kurang baru mulai berpikir langkah selanjutnya, yakni mulai membuka peluang bisnis sebagai salah satu cara bertahan hidup. "Nah untuk saat ini bisnis makanan yang banyak diminati dan dibutuhkan. Perhatikan juga bisnis yang ramai di awal tapi kelamaan meredup dan tidak terlalu dicari yakni masker kain, sebab banyak orang cukup membutuhkan beberapa masker juga," ucap Prita.
Supaya bertahan di tengah bisnis yang beragam dan terkesan kompetitif, setelah melakukan riset market sederhana, Prita menyarankan untuk kolaborasi mengisi celah yang kosong dari kebutuhan bisnis. "Selain mengamati apa kebutuhan pasar juga saling support dalam satu core bisnis yang sama," lanjutnya.