TEMPO.CO, Jakarta - Banyak orang yang beranggapan bahwa laki-laki lebih berisiko mengalami penyakit jantung dibandingkan perempuan. Namun, data Riset Kesehatan Dasar atau Riskesdas 2018 menunjukkan justru sebaliknya. Prevalensi penyakit jantung pada perempuan mencapai 1,6 persen, lebih besar dibandingkan prevelensi pada laki-laki berkisar 1,3 persen.
Dokter spesialis jantung dan pembuluh darah Vito Anggarino Damay, dalam membaca data terkadang kita mesti melihat konteks usianya. Secara keseluruhan memang laki-laki lebih banyak berdasar lintas usia dan faktor risiko.
Sementara, perempuan lebih berisiko mengalami penyakit jantung ketika usianya sudah masuk masa menopause. Pada fase menopause, estrogen, yakni hormon yang melindungi perempuan dari kerusakan dan penyempitan pembuluh darah, menurun drastis.
"Ketika sudah masa menopause, perempuan sudah tidak punya hormon estrogen. Maka dia berisiko menderita penyakit jantung koroner atau serangan jantung, mirip seperti laki-laki. Perempuan yang diabetes, kolesterol tinggi, dan merokok (juga lebih berisiko)," ucap Vito melalui Kuliah Whatsapp bertema Memahami Serangan Jantung, Rabu, 6 Mei 2020.
Perempuan juga berisiko mengalami serangan jantung. Hanya saja, gejalanya tidak terlalu khas. Kadang-kadang perempuan tidak bisa mengungkapkan apa yang dia keluhkan. Kadang-kadang seperti sesak napas atau gejala seperti sakit maag.
Karena gejalanya tidak khas, orang yang sering kali berpikir sedang mengalami masalah lambung, padahal sebenarnya serangan jantung. Hal yang harus diwaspadai kalau sampai keringat dingin, maag-nya sakit terus, dan lama. Segera ke rumah sakit jika mengalami gejala tersebut.