TEMPO.CO, Jakarta - Salah satu tantangan yang dihadapi anak-anak saat berpuasa adalah kebiasaan mereka memilih makanan. Sering kandungan gizi makanan tersebut terabaikan sehingga berpengaruh pada pemenuhan nutrisi mereka. Dalam keadaan seperti ini, bagaimana cara orang tua mengatasinya?
Dokter spesialis anak Margareta Komalasari mengatakan, puasa seperti tahun sebelumnya saja pemenuhan gizi pada anak sudah penuh tantangan, ditambah saat ini dijalankan di tengah pandemi Covid-19. Tentunya lebih menantang lagi.
Hal yang perlu dilakukan adalah mengingatkan anak-anak tentang konsep puasa yang tidak sekadar menahan makan dan minum.
Sebab dalam prosesnya anak juga akan mengalami perubahan pola makan. Dari yang tadinya makan sehari 3 kali dengan 2 kali snack misalnya menjadi makan utama 2 kali sementara jadwal snack mesti disesuaikan.
"Dimulai dari makan sahur tetap mengandung karbohidrat dan gizi seimbang, kalau bisa pas sahur disarankan juga bisa menambah susu 1 gelas.Tidak disarankan jika sahur hanya minum susu karena susu bukan makanan, efeknya membuat anak cenderung tidak mau makan padat karena terlalu penuh," ucap Margareta dalam Live Instagram Mother & Baby, Senin, 4 Mei 2020.
Kondisi yang menantang, lanjut Margareta, manakala anak menjadi pilih-pilih makanan dan susah bangun saat sahur. Hal tersebut bisa disiasati dengan saat malam hari ditanya dulu anak mau makan apa, jadi bisa masak atau siapkan menu sahur yang menjadi kesukaan anak.
"Pola tidur juga diatur agar lebih awal agar saat sahur bisa bangun dengan mudah. Dengan pemenuhan nutrisi yang baik bisa membantu anak agar kuat berpuasa sampai magrib," ucap dokter yang praktik di Brawijaya Hospital Antasari ini.
Faktanya saat sahur terkadang orang tua ada juga yang menyajikan makanan olahan seperti nugget kemasan. "Biar bagaimana pun akan lebih baik buat sendiri, orang tua bisa bikin nugget sendiri di rumah. Nutrisi yang baik tetap dari bahan alami makanan bukan kemasan," ucapnya.
Kemudian saat berbuka puasa bisa dimulai dengan takjil yakni hidangan yang manis-manis yang tetap sehat misalnya kurma atau sup buah, bukan cokelat atau permen. Sebab anak butuh makan manis untuk mengganti kalori yang hilang.
"Kemudian salat magrib dulu baru bisa dilanjut makan besar. Setelah itu salat tarawih lalu anak bisa dikasih camilan dengan kalori berat seperti kroket atau risoles. Kalau mau dikasih snack bisa antara habis berbuka sama malam hari usai tarawih," ujar dia.
Sementara itu, jangan lupa juga kebutuhan air minum pada anak, umum 1.000-1.550 cc per hari. Cairan bisa didapatkan tidak hanya dari air putih tetapi juga dari aneka jus dan masakan yang mudah dikunyah seperti masakan berkuah, sup sayuran atau ayam.