TEMPO.CO, Jakarta - Kadang sulit membedakan antara rasa sayang dan perilaku posesif. Bahkan, bisa jadi pasangan yang bertindak posesif tidak sadar bahwa itu yang dilakukannya. Apa yang ada di pikirannya hanya ingin pasangan tetap menjadi miliknya seutuhnya. Jika ini yang terjadi, cara menghilangkan sifat posesif harus dilakukan meski sulit pada awalnya.
Orang yang posesif belum tentu bisa membedakan batasan mana yang boleh dilewati dan tidak antara dirinya dan pasangan. Padahal, penting memastikan bahwa setiap pasangan menghormati independensi satu sama lain. Jika dibiarkan, sifat posesif bisa membuat seseorang berlaku sewenang-wenang terhadap pasangannya. Bukan tidak mungkin hal ini membuat kesalahan kecil saja menjadi besar dan memicu perbuatan nekat seperti kekerasan kepada pasangan.
Berikut ini beberapa cara menghilangkan sifat posesif
1. Pahami kenapa muncul perilaku posesif
Orang yang bertindak posesif kerap tidak menyadari bahwa apa yang dilakukannya mengganggu pasangan. Sampai dengan satu titik ketika pasangannya mengeluhkan perilaku posesif yang selalu dilakukannya. Jika hal ini sudah terjadi, hal pertama yang perlu dilakukan sebagai cara menghilangkan sifat posesif adalah memahami dari mana munculnya sifat itu.
Setiap manusia pasti punya kadar ketakutan hingga insecurity saat menjalin sebuah hubungan. Hal ini berakar dari banyak hal seperti kepercayaan diri, ketakutan ditolak, ketakutan ditinggalkan, dan banyak faktor lainnya. Hal yang perlu dilakukan adalah memahami apa pemicu rasa ketakutan berlebih dan posesif ini, bukannya melampiaskan kepada pasangan. Berdamailah dengan pemicu yang mungkin terjadi di masa lalu dan mulai babak baru yang lebih sehat.
2. Tahan diri untuk mengontrol pasangan
Orang yang posesif punya kecenderungan merasa cemburu, otoritatif, bahkan perilaku yang kerap menghukum pasangan jika ada hal yang dirasa kurang pas. Tak hanya itu, orang posesif kerap playing victim sehingga membuat pasangannya merasa paling bersalah.
Jika ingin berubah, cara menghilangkan sifat posesif adalah menahan diri mengontrol pasangan berlebihan. Perhatian boleh, tapi tidak keterlaluan. Pahami bahwa kontrol berlebihan hanya akan membuat pasangan menyembunyikan sesuatu ketimbang jujur dan memicu masalah.
3. Komunikasikan dengan pasangan
Komunikasi adalah kunci saat menjalin hubungan dengan orang lain. Jika ada masalah seperti perilaku posesif, komunikasikan sejelas mungkin dengannya. Sampaikan apa yang mungkin menjadi pemicunya, apa hal yang membuat rasa posesif ini terpancing, dan aspek lainnya.
Dengan cara ini, komunikasi akan membantu memahami perasaan satu sama lain. Diskusikan dengan matang dan dewasa sehingga masalah ini bisa dihilangkan, bukan menjadi batu ganjalan dalam hubungan.
Saat menjalin sebuah hubungan, komunikasi dan kepercayaan adalah kunci. Hal-hal lain di luar itu seperti masa lalu, riwayat kehidupan percintaan sebelumnya, atau aspek negatif lain tidak seharusnya mendominasi.
4. Cari pengalihan
Ketika merasa cemas berlebih terhadap apa yang dilakukan pasangan saat tidak bersama-sama, coba alihkan rasa cemas pada hal lain. Ada banyak metode yang bisa dilakukan, sesuaikan saja dengan preferensi diri sendiri. Dengan cara ini, seseorang bisa mengenali emosinya tanpa melampiaskannya pada pasangan.
Selain itu, cari aktivitas lain yang bisa menambah nilai diri sendiri serta sesuai dengan minat. Dengan menekuni aktivitas lain, akan ada ketertarikan baru yang menyenangkan dan membuat pikiran negatif kepada pasangan berkurang.
5. Berdamai dengan masa lalu
Masih berhubungan dengan pemicu perilaku posesif, pahami apabila hal ini dipicu hal-hal yang terjadi di masa lalu. Troubled inner child atau aspek dalam diri yang “tidak beres” sebaiknya diselesaikan. Bisa jadi ada orang yang berperilaku posesif karena pernah ditelantarkan di masa kecil atau ditinggalkan.
Apapun itu, berdamailah dengan masa lalu. Terima bahwa itu adalah bagian dari hidup yang telah lalu, saatnya memulai hal yang baru. Jangan sampai masa lalu yang buruk justru menghantui sehingga tidak bisa menjalani hubungan masa kini dengan baik.