TEMPO.CO, Jakarta - Memasuki pekan keempat belajar dan bekerja dari rumah untuk memutus penyebaran virus corona, sebagian orang memiliki pola hidup baru. Para ibu berupaya menyeimbangkan tuntutan antara bekerja sambil menemani anak belajar, tentu dengan beragam tantangan.
Founder Keluarga Kita dan Sekolah Cikal Najelaa Shihab mengatakan, di luar masa pandemi pun para ibu diharapkan bisa menyeimbangkan antara kegiatan di rumah dengan di luar rumah. Keseimbangan ini sulit dicapai, terlebih di masa pandemi yang mengharuskan bertemu keluarga selama 24 jam.
"Menjalani proses yang berulang selama 24 jam di rumah saja, dengan banyak kondisi mendampingi anak belajar, pasangan yang juga kerja dari rumah, kita juga dituntut mesti memenuhi kebutuhan mereka di saat yang sama," ucap Najelaa dalam Instagram Live yang diadakan Asosiasi Ibu Menyusui Indonesia (AIMI) Rabu, 15 April 2020.
Banyaknya tuntutan di saat yang bersamaan membuat emosi para ibu pun naik turun. Jika tidak dikelola, ada dampak buruk yang dirasakan ibu maupun keluarga di rumah.
Najelaa Shihab membagikan tips mengelola emosi untuk para ibu saat di rumah.
1. Buat rutinitas baru
Dengan situasi baru yang dialami oleh semua keluarga, diharapkan Anda membuat rutinitas baru yang menjadi kesepakatan baru. "Rutinitas baru tersebut diputuskan bersama baik di kantor maupun di rumah bersama keluarga dan di sekolah dengan para guru," ucap Najelaa.
Rutinitas baru dengan sekolah yang diperlukan bagi orang tua bukan mengambil alih tugas anak tapi justru mengatakan kepada guru tantangan yang dihadapi anak.
"Misalnya waktu pengerjaan lebih lama dan tugas lebih pendek sesuai dengan tingkat konsentrasi anak. Orang tua tidak diharapkan 100 persen jadi guru karena butuh keterampilan dan kecakapan khusus," ucapnya.
2. Kelola harapan
Najelaa mengingatkan jangan berharap keseimbangan tercapai dengan segera, jangan berharap bisa sempurna. Mengelola emosi ada proses transisi dan harapan.
"Mungkin saat ini kita belum bisa tenang karena kita belum tahu kapan badai ini akan berlalu, tapi hati kita bisa tenang dengan ekspektasi yang juga bisa di-manage, percayalah tidak ada orang tua yang sempurna," ungkapnya.
3. Komunikasi jadi kunci
Komunikasi tetap menjadi kunci dalam menjalani banyak hal, terlebih saat ini di mana semua orang sangat terbebani menjadi sangat penting dilakukan.
"Semua terdampak, pasangan kita yang sedang khawatir dengan masa depan pekerjaan, anak, termasuk guru anak kita, ditambah lagi diri sendiri yang mesti menyesuaikan dengan keadaan," ucapnya.
Tetapi orang tua bisa melihat kemampuan belajar anak dan bagaimana dia menyesuaikan dengan kondisi yang baru, kalau tidak disampaikan ke guru akan membebani anak. "Kalau komunikasi tidak dipakai akhirnya gagal bertransmisi dengan pembelajaran jarak jauh,'' ucap Najelaa.
4. Me time
Walau tengah menghadapi masa pandemi, kebutuhan sebagai orang tua tetap harus dipenuhi untuk membuat nyaman. Untuk itu me time harus tetap disediakan.
Kalau dulu me time bisa dilakukan sehari dalam sebulan, coba nikmati me time pendek dengan frekuensi yang sering. Memecah me time jadi waktu singkat tapi sering bisa membantu energi Anda terisi kembali.
"Me time perlu dijadwalkan, kalau saya begitu ada jadwal khusus meski berkurang waktunya di masa wabah, jadi anggap sebagai periode sementara. Bisa dengarkan musik, nonton series, dan menghubungi teman," kata dia.