Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Tips Mengajarkan Emosi pada Anak saat Pandemi, Tunjukkan Empati

image-gnews
Ilustrasi anak laki-laki bercerita pada ibunya. cdn.com
Ilustrasi anak laki-laki bercerita pada ibunya. cdn.com
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Anak-anak belajar mengenai emosi dengan cara yang sama seperti mereka mempelajari hal lain misalnya membaca, menulis, mengendarai sepeda dan mencoba serta mempraktikkan kebiasaan baru. Namun mengajarkan emosi pada anak membutuhkan pemahaman yang lebih.

Menurut Psikolog Anak dan Remaja Vera Itabiliana, memahami emosi pada anak sudah dimulai bahkan sejak di dalam kandungan. "Makanya kita sering kalau ibu sedang hamil suka dibilang jangan sedih nanti anaknya juga sedih. Karena berpengaruh pada kondisi bayi yang dikandung," ucap Vera dalam Instagram Live dengan tema Mengajarkan Anak Mengelola Emosi yang diadakan Mommiesdaily, Sabtu 11 April 2020.

Selain sejak dalam kandungan, ketika anak lahir menurut Vera juga sudah mulai dikenalkan sedini mungkin, orang tua bisa mengekspresikan emosi di depan anak. Anak belajar emosi lewat imitasi, trial error dan identifikasi, dan mereka belajar emosi dari orang sekitarnya.

"Anak cenderung meniru bagaimana orang tuanya bereaksi akan sesuatu atau bagaimana orangtuanya mengekspesikan emosi mereka. Ketika orang tua mencontohkan bagaimana menenangkan diri, misalnya cuci muka atau minum atau ibadah, maka anakpun akan meniru," ucapnya.

Namun sayangnya, perkembangan emosi pada anak kerap abai kita kenalkan, justru lebih dulu calistung ayau baca tulis dan hitung yang diperkenalkan pada anak. Lalu bagaimana memulainya? Vera mengajak Anda untuk memperhatikan emosi diri sendiri terlebih dulu. Tidak harus sempurna, karena setiap orang punya macam-macam emosi. Perlu diketahui tidak ada yang lebih ideal, karena setiap orang punya cara masing-masing. Terkadang yang jadi masalah ketika emosi timbul tapi kita tidak terima.

"Menerima emosi yang kita rasakan adalah penting untuk kemudian mengendalikannya agar tidak sampai menyakiti diri sendiri, orang lain dan merusak barang. Seringkali kita menghabiskan energi untuk menolak kehadiran emosi tertentu, khususnya emosi negatif. Padahal penerimaan membuat kita lebih baik dalam mengendalikannya," kata Vera.

Berikut ini 5 tahap mengajarkan anak soal mengelola emosi

1. Kenali emosi

Akan ada momen dan kondisi ketika anak menampakkan emosi mereka. Tugas kita mengenali emosinya dan jangan ikutan emosi. Melihat ini adalah momen untuk belajar bersama mengelola emosi.

2. Kesempatan belajar

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Bantu anak menenangkan secara verbal, bantu anak mengutarakan apa emosi yang dirasakan. Mereka mesti tahu dulu apa nama perasan yang sedang dialami. Belajar mengidentifikasi bentuk emosi yang dirasakan oleh anak

3. Bantu menenangkan

Banyak cara menenangkan yang bisa dilakukan misalnya dipeluk, atau mengajaknya berbicara. "Kamu bete ya, kamu marah ya. Bantu me-labeling apa yang anak rasakan lalu kemudian kita bisa terima emosi yang dirasakan. "Kita bisa membantu dia mengungkapkan, misalnya: Kamu nggak apa-apa kok bete atau bosen," ucap Vera.

4. Tunjukkan empati

Tahap selanjutnya, kata Vera ialah tunjukkan kepada anak kalau kita mengerti apa yang dia rasakan. Kita hadir dan berempati atas apa yang sedang dialami mereka.

5. Set limit dan problem solving

Setelah anak mulai merasa ada temannya karena orang tua berempati, mulai dengan obrolan soal set limit. Sampaikan pada anak bahwa emosi adalah hal wajar tapi ada batasan apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan saat sedang emosi. "Setelah itu bisa cari jalan keluarnya bersama-sama dengan mendengarkan apa yang diinginkan anak," ucapnya.

Iklan

Berita Selanjutnya



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Dokter Anak Sebut Penggunaan Gawai Terlalu Lama Bisa Picu Anak Tantrum

16 jam lalu

Ilustrasi anak marah atau berteriak. shutterstock.com
Dokter Anak Sebut Penggunaan Gawai Terlalu Lama Bisa Picu Anak Tantrum

Perhatian buat orang tua, bermain gawai dalam waktu lama dapat memicu perilaku negatif seperti tantrum pada anak.


OJK Imbau Para Ibu agar Tak Ciptakan Generasi Sandwich

19 jam lalu

Kepala Eksekutif Pengawas Perilaku Pelaku Usaha Jasa Keuangan, Edukasi, dan Pelindungan Konsumen OJK Friderica Widyasari Dewi. TEMPO/Tony Hartawan
OJK Imbau Para Ibu agar Tak Ciptakan Generasi Sandwich

toritas Jasa Keuangan (OJK) mengingatkan para ibu agar tidak menciptakan generasi sandwich. Apa itu?


Hari Kartini, Sosiolog Ungkap Masalah yang Masih Dialami Perempuan

3 hari lalu

Ilustrasi keluarga memasak bersama. Freepik.com
Hari Kartini, Sosiolog Ungkap Masalah yang Masih Dialami Perempuan

Hari Kartini merupakan momentum refleksi masih banyak persoalan terkait perempuan dan anak. Ini harapan sosiolog.


Kenali Penyebab dan Kiat Menangani Anak yang Gemar Berbohong

4 hari lalu

Kebiasaan Anak Berbohong
Kenali Penyebab dan Kiat Menangani Anak yang Gemar Berbohong

Berikut langkah-langkah yang bisa dilakukan ketika mendapati anak berbohong.


Cara Menjaga Kualitas Hubungan dengan Pasangan Pasca Melahirkan Anak Pertama

5 hari lalu

Ilustrasi ibu dan bayi. Unsplash.com/Sharon Muccutcheon
Cara Menjaga Kualitas Hubungan dengan Pasangan Pasca Melahirkan Anak Pertama

Studi menemukan bahwa sikap terhadap sentuhan berdampak pada pasangan dalam transisi menjadi orang tua atau usai melahirkan anak pertama.


Definisi Kesehatan Mental Menurut Psikolog, Perlu Dimiliki Setiap Orang

7 hari lalu

Ilustrasi wanita bahagia. Unsplash.com
Definisi Kesehatan Mental Menurut Psikolog, Perlu Dimiliki Setiap Orang

Kesehatan mental lebih dari sekadar gangguan atau kecacatan mental yang diderita seseorang. Psikolog beri penjelasan.


7 Tips Ajak Anak Pola Makan Sehat

10 hari lalu

Ilustrasi makanan sehat. (Canva)
7 Tips Ajak Anak Pola Makan Sehat

Kebiasaan makan yang buruk dapat berdampak negatif pada kesehatan anak. Simak 5 tips anak ajak pola makan sehat


Israel Klaim Bunuh Anak dan Cucu Ismail Haniyeh Tanpa Konsultasi dengan Netanyahu

11 hari lalu

Perdana Menteri Isael, Benjamin Netanyahu dan Pemimpin group Hamas, Ismail Haniyeh. REUTERS/Ronen Zvulun dan Majid Asgaripour/WANA (West Asia News Agency) via REUTERS
Israel Klaim Bunuh Anak dan Cucu Ismail Haniyeh Tanpa Konsultasi dengan Netanyahu

Pasukan Israel membunuh tiga putra pemimpin Hamas Ismail Haniyeh dalam serangan udara di Gaza tanpa berkonsultasi dengan PM Benyamin Netanyahu


Pamer Foto Lebaran 8 Tahun Terakhir, Andien Ceritakan 2 Karakter Berbeda Anaknya

13 hari lalu

Andien dan keluarga/Instagram -@andienaisyah
Pamer Foto Lebaran 8 Tahun Terakhir, Andien Ceritakan 2 Karakter Berbeda Anaknya

Penyanyi Andien menceritakan perjalanan foto Lebaran keluarganya selama 8 tahun terakhir


Manfaatkan Libur Idul Fitri untuk Pengasuhan Maksimal Anak

13 hari lalu

Ilustrasi keluarga. Freepik.com/Lifestylememory
Manfaatkan Libur Idul Fitri untuk Pengasuhan Maksimal Anak

KPAI meminta orang tua memanfaatkan momen libur Idul Fitri untuk memaksimalkan peran pengasuhan yang terbaik bagi anak.