TEMPO.CO, Jakarta - Terlalu banyak mengonsumsi garam diketahui berdampak buruk bagi kesehatan, bisa memicu hipertensi, kerusakan ginjal, hingga gangguan saraf. Satu lagi dampak buruk garam berlebihan adalah melemahkan sistem kekebalan tubuh atau imunitas.
Sebuah studi baru yang diterbitkan jurnal Science Translational Medicine pada 25 Maret 2020 menyebutkan bahwa mengonsumsi garam berlebihan membuat tubuh sulit melawan infeksi bakteri.
Untuk penelitian ini, para peneliti dari University Hospital of Bonn memberi makan makanan tinggi garam kepada tikus. Tikus itu kemudian menderita infeksi bakteri yang parah.
Sukarelawan manusia juga diberi tambahan enam gram garam setiap hari melalui dua makanan cepat saji. Lalu, mereka diketahui mengalami defisiensi imun.
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), orang tidak boleh mengonsumsi garam lebih dari 0,17 ons per hari. Itu setara dengan satu sendok teh. Sebuah studi di Jerman menemukan bahwa orang secara teratur mengonsumsi garam melebihi yang direkomendasikan membahayakan kesehatan.
Penulis penelitian ini, Katarzyna Jobin dari Universitas Würzburg, dikutip dari Daily Mail pekan lalu, mengatakan bahwa tubuh dapat menjaga konsentrasi garam dalam darah dan berbagai organ konstan. Garam tambahan yang dikonsumsi bersama makanan disaring oleh ginjal dan diekskresikan melalui urin.
Ginjal memiliki sensor natrium klorida yang membantu ekskresi garam. Sensor ini menyebabkan glukokortikoid menumpuk di dalam tubuh, membatasi fungsi jenis sel imun yang umum dalam tubuh.
Christian Kurts dari University of Bonn menambahkan bahwa studi baru membuktikan bahwa konsumsi garam yang berlebihan melemahkan bagian penting dari sistem kekebalan tubuh.
Menurut Kurts, temuan ini mengejutkan karena pada penelitian sebelumnya disebutkan bahwa infeksi kulit karena parasit tertentu pada hewan laboratorium sembuh lebih cepat jika mereka mengkonsumsi makanan tinggi garam. Ini karena makrofag, sel kekebalan yang menyerang parasite, sangat aktif dengan adanya garam.