Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Pasien Corona Bisa Kehilangan Indera Pencium dan Perasa?

Reporter

Editor

Mila Novita

image-gnews
Ilustrasi hidung atau indera pencium (Pixabay.com)
Ilustrasi hidung atau indera pencium (Pixabay.com)
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Sejumlah pasien yang dinyatakan positif terinfeksi virus corona mengalami kehilangan indera pencium. Mereka juga kehilangan indera perasa sehingga sering kali tak dapat menikmati makanan. 

"Jujur, saya butuh tiga kali makan untuk menyadari bahwa saya tidak memiliki rasa dan tidak bisa mencium berbau," kata salah satu pasien COVID-19 Olivia Haynes, kepada Time pada Selasa, 24 Maret 2020, melalui telepon dari rumahnya di London, tempat ia mengisolasi diri.

Karena selama ini kedua hal itu jarang dibicarakan sebagai gejala corona, dia pun tak mencari tahu lebih lanjut. Namun, akhir-akhir ini semakin banyak orang yang terinfeksi virus corona melaporkan bahwa mereka kehilangan penciuman dan perasa.

“Dalam 48 jam terakhir, atau mungkin 72 jam, kami telah mendengar dari sekitar 500 pasien yang kehilangan indera penciumnya,” kata dokter spesialis telinga, hidung, dan tenggorokan Nirmal Kumar, presiden organisasi dokter THT Inggris.

Biasanya, kata Kumar, ia hanya menerima satu laporan kehilangan bau atau rasa per bulan. Sekarang, dia melihat jauh lebih banyak. "Tidak pernah sesering sekarang," katanya. "Dan ini hanya puncak gunung es."

Kumar tidak sendirian. Di Korea Selatan, di mana tes untuk COVID-19 tersebar luas, sekitar 30 persen pasien dengan gejala ringan telah melaporkan anosmia, istilah teknis untuk kehilangan indera pencium.

Dokter dari Cina, Amerika Serikat, Iran, Italia, dan Jerman, negara-negara dengan wabah COVID-19 yang luas, juga mencatat peningkatan laporan tentang anosmia yang terkait dengan kasus virus corona.

Gejala itu, kata Kumar, juga muncul pada orang sehat. Ia akhirnya mengindikasikan bahwa kehilangan indra penciuman bisa menjadi indikator penting apakah seseorang membawa virus tanpa sadar.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

“Banyak pasien yang melaporkan memiliki gejala ringan (COVID-19), kadang-kadang sedikit batuk dan kadang-kadang demam, tetapi ada pasien yang tidak melaporkan gejala lain,” katanya. “Ini adalah indikator dramatis. Dalam praktik, pasien di sekitar saya melaporkan ini."

Kumar dan dokter lainnya mendesak pihak berwenang di seluruh dunia untuk menambahkan kehilangan indra penciuman ke dalam daftar gejala COVID-19 sebagai persyaratan tinggal di rumah. "Saya merasa bahwa kita perlu menambahkan ini ke aturan isolasi diri, karena orang-orang muda yang fit ini menyebarkannya," katanya.

Saat ini belum ada studi ilmiah tentang hubungan antara COVID-19 dan anosmia, tapi Kumar berspekulasi bahwa efek tumpul disebabkan oleh virus yang mengganggu selaput lendir di atap setiap rongga hidung, tempat reseptor bau.

"Ini jelas spekulasi saat ini," kata Kumar. “Tetapi virus-virus (corona) ini, partikel sangat kecil yang masuk ke atap hidung. Dan di situlah mereka mempengaruhi indera pencium, yang merupakan organ yang sangat halus," kata dia.

American Academy of Otolaryngology - Akademi Bedah Kepala dan Leher AS, juga menyarankan bahwa gejala-gejala ini harus ditambahkan ke daftar untuk skrining pasien untuk kemungkinan infeksi COVID-19. Infeksi virus lain atau alergi musiman dapat menyebabkan hilangnya bau atau rasa.

"Tapi mengalami gejala tanpa penyakit pernapasan lainnya memerlukan pertimbangan serius untuk isolasi diri dan pengujian orang-orang ini," kata kelompok Amerika itu.

Iklan

Berita Selanjutnya



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Belum Ada Kasus Virus B di Indonesia, Kemenkes Tetap Minta Waspada

10 hari lalu

Ilustrasi monyet peliharaan. AP/Rajesh Kumar Singh
Belum Ada Kasus Virus B di Indonesia, Kemenkes Tetap Minta Waspada

Kemenkes menyatakan hingga kini belum terdeteksi adanya risiko kasus Virus B di Indonesia namun masyarakat diingatkan untuk tetap waspada


Waspada Flu Singapura Menjangkit Anak-anak, Ini 6 Cara Pencegahannya

11 hari lalu

Flu Singapura.
Waspada Flu Singapura Menjangkit Anak-anak, Ini 6 Cara Pencegahannya

Flu singapura rentan menjangkit anak-anak. Flu ini juga dengan mudah menular. Bagaimana cara mengantisipasinya?


BRIN Kembangkan Teknologi Biosensor Portabel Pendeteksi Virus Hingga Pencemaran Lingkungan

11 hari lalu

Suasana Kantor Badan Riset dan Inovasi Nasional atau BRIN di Jakarta. Tempo/Tony Hartawan
BRIN Kembangkan Teknologi Biosensor Portabel Pendeteksi Virus Hingga Pencemaran Lingkungan

Pusat Riset Elektronika BRIN mengembangkan beberapa produk biosensor untuk mendeteksi virus dan pencemaran lingkungan.


Spesialis Paru Ungkap Beda Flu Singapura dan Flu Musiman

15 hari lalu

Sejumlah perawat dengan menggunakan masker melakukan pemeriksaan terhadap LSY (5 tahun) warga negara Singapura suspect flu babi (H1N1) di ruang isolasi RSUD Tanjungpinang, Kepulauan Riau. Selasa (21/7). ANTARA/Yusnadi Nazar
Spesialis Paru Ungkap Beda Flu Singapura dan Flu Musiman

Dokter paru ungkap perbedaan antara Flu Singapura atau penyakit tangan, mulut, dan kuku dengan flu musiman meski gejala keduanya hampir mirip.


Penularan Flu Singapura di Indonesia Meluas, IDAI: Data Pastinya Tak Bisa Dijelaskan

16 hari lalu

Ilustrasi virus flu. freepik.com
Penularan Flu Singapura di Indonesia Meluas, IDAI: Data Pastinya Tak Bisa Dijelaskan

Diyakini kalau seluruh kasus Flu Singapura di Indonesia menginfeksi anak-anak. Belum ada kasus orang dewasa.


Ketahui Penyebab dan Proses Penularan Virus Demam Berdarah

18 hari lalu

Ilustrasi nyamuk demam berdarah (pixabay.com)
Ketahui Penyebab dan Proses Penularan Virus Demam Berdarah

Demam berdarah disebabkan oleh salah satu dari empat jenis virus dengue yang berbeda.


Fakta Seputar Flu Singapura, Kemenkes: Awal Maret Ribuan orang Terjangkit

19 hari lalu

Flu Singapura.
Fakta Seputar Flu Singapura, Kemenkes: Awal Maret Ribuan orang Terjangkit

Flu Singapura memiliki gejala yang hampir menyerupai cacar air, virusnya hanya memerlukan waktu inkubasi 3-6 hari untuk menyerang imunitas tubuh.


Kenali Gejala Demam Berdarah dan Bahaya yang Mengintainya

19 hari lalu

Ilustrasi demam berdarah dengue atau DBD. Pexels/Tima Miroscheniko
Kenali Gejala Demam Berdarah dan Bahaya yang Mengintainya

Demam berdarah (DBD) dapat menyebabkan pendarahan serius, penurunan tekanan darah tiba-tiba, bahkan berujung pada kematian.


Waspada Demam Berdarah Menjelang Libur Hari Raya Idul Fitri

21 hari lalu

Ilustrasi demam berdarah dengue atau DBD. Pexels/Tima Miroscheniko
Waspada Demam Berdarah Menjelang Libur Hari Raya Idul Fitri

Seorang individu tidak hanya berisiko terkena demam berdarah dengue (DBD), tetapi juga berpotensi menyebarkan virus dengue apabila telah terinfeksi.


Leptospirosis Penyakit Langganan Musim Hujan, Seberapa Berbahaya?

23 hari lalu

Ilustrasi banjir. Dok. TEMPO/M. Iqbal Ichsan
Leptospirosis Penyakit Langganan Musim Hujan, Seberapa Berbahaya?

Leptospirosis adalah penyakit yang kerap muncul setiap musim hujan, terutama di daerah yang rawan banjir dan genangan air. Seberapa berbahaya?