TEMPO.CO, Jakarta - Virus corona baru, COVID-19, menular dengan cepat melalui droplet atau cairan pernapasan dari orang yang terinfeksi. Ini membuat dokter gigi dan pasien menjadi resah. Sebab, pemeriksaan gigi memaksa dokter dan pasien berdekatan. Tindakan pada gigi juga membuat dokter berisiko terpapar mukosa yang ditularkan melalui mulut.
Dokter gigi Sri Hananto Seno mengatakan, gigi dan mulut memiliki jaringan lunak atau mukosa. Komunikasi terlalu dekat bisa memberikan droplet pada orang di dekatnya. Agar tidak meresahkan, para dokter gigi sangat patuh pada protokol yang telah ditetapkan.
"Prosedur pertama di praktik dokter gigi dimulai dari mengecek temperatur suhu, jika terdapat demam maka diminta untuk periksa kesehatan secara keseluruhan. Langkah kedua mencuci tangan pakai sabun dengan air mengalir," ucap Seno dalam bincang-bincang online Hari Kesehatan Gigi dan Mulut Sedunia yang diadakan Pepsodent, Jumat, 20 Maret 2020.
Menurut Ketua Umum Persatuan Dokter Gigi Indonesia (PDGI), peralatan utama yang harus dikenakan baik oleh dokter gigi maupun pasien ialah masker. Selama pertemuan, konsultasi, dan tindakan, masker harus selalu digunakan. Sementara dokter juga menggunakan alat pelindung diri.
"Kemudian saat di ruang periksa, lanjut dengan berkumur, pakai masker, tindakan, pakai masker lagi. Sebelum pulang kembali cuci tangan. Selain itu alat-alat yang digunakan juga harus steril dan sekali pakai," kata Seno
Seno menegaskan alasan alat yang dipakai harus steril. Ini bisa menjadi media penyebaran virus corona yang terdapat di mukosa mulut yang rentan, termasuk gusi dan air liur.
"Sebenarnya tak hanya saat ke dokter gigi, dalam keseharian pun kita harus menggunakan peralatan makan minum yang bersih dan steril. Termasuk penggunaan sapu tangan, lap makan dan semua barang yang dipakai personal. Kita yang harus memproteksi diri sendiri," pungkas Seno.