Sebuah studi baru menemukan waktu tidur yang terlambat dapat meningkatkan risiko obesitas untuk anak kecil. Studi ini dilakukan pada 107 anak-anak Swedia dari proyek pencegahan obesitas, 64 persen di antaranya memiliki orang tua yang kelebihan berat badan atau obesitas.
Anak-anak yang terlambat pergi tidur, memiliki lingkar pinggang dan Indeks Massa Tubuh yang lebih tinggi pada akhir studi selama empat tahun. Studi ini menemukan bahwa jumlah jam tidur anak-anak tidak mempangaruhi, namun tidur setelah jam 9 malam ternyata dapat meningkatkan risiko obesitas.
"Waktu tidur yang terlambat mungkin mencerminkan kurangnya rutinitas dalam kehidupan sehari-hari anak dan mereka mungkin lebih terpapar pada gaya hidup tidak sehat yang terkait dengan tidur dan obesitas. Biasanya anak-anak yang tidur terlambat juga memiliki lebih banyak kesempatan untuk makan lagi,” kata penulis studi, Julia Xiu kepada Insider.
Para peneliti melacak tidur setiap anak yang berusia satu hingga enam tahun selama tujuh hari berturut-turut melalui pelacak tidur yang dikenakan di pergelangan tangan. Pada setiap kunjungan, para peneliti juga melakukan pengukuran tinggi badan, berat badan dan lingkar pinggang setiap anak. Penelitian ini adalah bagian dari Proyek Pencegahan Obesitas Stockholm Awal, sebuah studi besar yang merekrut 238 keluarga yang mengunjungi klinik kesehatan setempat untuk pemeriksaan anak mereka.
Meskipun penelitian sebelumnya menemukan bahwa obesitas orang tua adalah prediktor obesitas anak, namun penelitian ini menemukan kebiasaan tidur anak tidak ada hubungannya dengan kesehatan orang tua mereka. Penelitian ini juga menunjukkan bahwa waktu tidur yang teratur lebih baik untuk pertumbuhan dan kesehatan secara keseluruhan, tetapi waktu untuk anak-anak pergi tidur bisa bervariasi berdasarkan di mana mereka tinggal.
Menurut sebuah penelitian, anak-anak berusia nol hingga tiga tahun di Australia dan Selandia Baru memiliki waktu tidur paling awal, menuju ke tempat tidur antara pukul 19.28 hingga 19.55, sedangkan anak-anak seusia itu di Hong Kong dan India tidur paling lambat, antara pukul 22.11 hingga 22.17.
Dalam komentar yang diterbitkan bersama dengan penelitian tersebut, Dr. Nicole Glaser dan Dr. Dennis Styne, dua ahli endokrin pediatrik di UC Davis Health, mengatakan bahwa risiko obesitas yang lebih tinggi mungkin disebabkan oleh sejumlah pengaruh lain, seperti waktu bermain gadget yang berlebih, latihan yang tidak memadai, atau kurangnya kewaspadaan tentang kesehatan di dalam keluarga.
Veronica Johnson, seorang spesialis pengobatan obesitas anak di UTHealth di Houston, yang tidak terlibat dalam penelitian ini, mengatakan kepada Insider bahwa kekurangan penelitian ini adalah penulis studi hanya mengevaluasi tidur selama tujuh hari berturut-turut. Hal itu tidak menunjukkan gambaran lengkap tentang bagaimana tidur bisa berubah seiring waktu berjalan.
Kekurangan lain dari penelitian ini adalah ukuran sampel. 107 anak-anak semuanya Swedia, dan sebagian besar Kaukasia. "Dibandingkan dengan anak-anak di Amerika Serikat, saya tidak tahu seberapa bisa diterapkannya hasil ini. Di sini, anak perempuan Afrika-Amerika dan anak laki-laki Hispanik lebih mungkin menunjukkan tanda-tanda obesitas pada masa remaja,” katanya.
Johnson juga mengatakan kepada Insider, agar orangtua memastikan anak-anak untuk mendapatkan jadwal tidur yang teratur. American Academy of Pediatrics merekomendasikan agar anak-anak tidur antara 11 hingga 13 jam semalam.
ALFI SALIMA PUTERI | INSIDER