TEMPO.CO, Jakarta - Mitos yang beredar di masyarakat, bayi yang lahir dengan kondisi terlilit tali pusar dianggap istimewa. Ada yang bilang, anak kalung usus (sebutan awam untuk bayi yang terlilit tali pusar) pasti terlahir cantik dan tampan. Lain waktu, kondisi ini juga dikaitkan dengan tingkat kepatuhan anak pada orangtua.
Tidak ada yang tahu sejak kapan mitos tersebut mulai beredar. Satu hal yang pasti, tidak ada penelitian yang menguak mitos tersebut lebih dalam. Sebab, kondisi bayi terlilit tali pusar sebenarnya sewaktu-waktu bisa berhaya. Tentu bukanlah saat yang tepat untuk berpikir tentang anak ini terlahir cantik atau akankah anak ini akan patuh pada orangtuanya.
Para ibu hamil pasti merasakan dan tahu, bahwa di dalam rahim, jabang bayi bisa bergerak kesana kemari. Padahal, ruang yang ada di rahim sangat terbatas. Inilah yang menjadi faktor utama tali pusar bisa terlilit pada leher bayi.
Secara anatomis, tali pusar yang sehat dilapisi oleh komponen yang konsistensinya seperti jeli, bernama jeli Wharton. Jeli ini berfungsi untuk menjaga permukaan tali pusar agar tetap licin, sehingga tidak mudah kusut atau melipat dan melilit bayi. Namun sayangnya, tali pusar di beberapa ibu hamil tidak memiliki cukup jeli Wharton. Hal ini membuat risiko bayi terlilit tali pusar menjadi meningkat.
Risiko terjadinya kondisi ini juga bisa meningkat apabila:
- Hamil bayi kembar
- Volume air ketuban berlebihan
- Tali pusar terlalu panjang
- Tali pusar memiliki struktur yang lemah
Jika dilihat dari penjelasan di atas, sudah cukup jelas bahwa kondisi ini bukanlah sesuatu yang bisa dicegah. Jadi, kalaupun hal tersebut terjadi, ibu sebaiknya tidak menyalahkan diri sendiri.
Kondisi bayi terlilit tali pusar bukanlah hal langka. Banyak bayi yang mengalaminya dan bisa lahir dengan sehat dan selamat. Kondisi ini bisa berubah menjadi gangguan serius, ketika lilitan tali pusar sudah mengganggu aliran darah di tubuh bayi.
Saat tali pusar terlilit ke leher atau bagian tubuh lain dari bayi, aliran darah ke tubuh bayi bisa berkurang. Hal ini bisa menyebabkan detak jantung janin menurun saat terjadi kontraksi. Menjelang persalinan, apabila suplai darah dari ibu ke bayi benar-benar berhenti akibat terlilitnya tali pusar, janin tidak akan mampu bertahan hidup dan bisa lahir dalam keadaan meninggal dunia.
Namun perlu diingat, tidak semua bayi yang terlilit tali pusar pasti akan mengalami gangguan serupa. Dari total kasus lilitan tali pusar, hanya sebagian kecil bayi yang benar-benar mengalami kekurangan suplai darah, atau lahir dalam keadaan meninggal dunia.
Penanganan pada bayi terlilit tali pusar
Saat bayi terlilit tali pusar, ibu biasanya tidak akan merasakan gejala apapun. Namun, jika lilitan tersebut mengganggu aliran darah dan membuat bayi kesulitan bernapas, Anda mungkin menyadari bahwa janin yang biasanya banyak bergerak, saat ini terkesan diam atau tidak banyak bergerak. Kebanyakan, kondisi ini baru diketahui saat ibu kembali kontrol ke dokter. Pada saat itu pun, apabila dokter menilai lilitan tali pusar belum membahayakan bayi, maka penanganan lanjutan tidak akan dilakukan.
Apabila lilitan tali pusar dirasa berbahaya bagi ibu dan bayi, maka dokter bisa merekomendasikan bayi untuk dilahirkan melalui operasi caesar. Dokter juga umumnya tidak akan berusaha melepas lilitan saat janin masih berada di dalam rahim. Sebab, hal tersebut justru bisa membuat kondisi bayi lebih berbahaya.
Melahirkan bayi yang terlilit tali pusar, dianggap lebih baik dilakukan dengan kondisi tali pusar apa adanya, dengan intervensi “pengenduran” tali yang minimal. Apabila bayi terlilit tali pusar, namun lilitannya masih kendur, dokter pun umumya tidak akan langsung menyarankan untuk melakukan persalinan Caesar. Sebab pada kondisi ini, persalinan secara normal masih memungkinkan untuk dilakukan.