TEMPO.CO, Jakarta - Pengusaha yang juga selebriti Medina Zein ditahan Direktorat Reserse Narkoba Polda Metro Jaya. Hasil tes urinnya menunjukkan dia positif mengonsumsi narkoba jenis amfetamin.
"Positif mengandung amfetamin dan metamfetamin ya," kata Kabid Humas Polda Metro Jaya, Komisaris Besar Polisi Yusri Yunus, di Polda Metro Jaya, Senin, 30 Desember 2019.
Perempuan berusia 27 tahun itu diketahui merupakan ibu muda. Ia memiliki dua anak, satu dari pernikahan pertamanya dan satu lagi dari pernikahannya dengan Lukman Azhari yang merupakan adik Ayu Azhari. Anak keduanya ini masih bayi dan diketahui masih menyusu.
Medina mengunggah foto anak keduanya pekan lalu. Setelah Media diamankan, warganet pun banyak yang menyayangkan dan tidak percaya bahwa Medina Zein mengonsumsi narkoba ketika masih menyusui bayinya.
“Mbak ini kan breastfeeding her baby ya, masa sih pemakai?” tulis akun @cinthya.fp
Secara umum, menyusui dianggap sebagai cara terbaik untuk memberi makan bayi selama tahun pertama kehidupan mereka. Ibu menyusui sebaiknya dalam kondisi sehat dan tidak menggunakan obat-obatan berbahaya yang dapat mengganggu penilaian dan kemampuan mengasuh anak. Seberapa besar efeknya, tergantung pada karakteristik obat tersebut. Namun, rasio ini bervariasi dari waktu ke waktu dan dipengaruhi faktor-faktor lain.
Penelitian menunjukkan bahwa penggunaan narkoba jangka panjang, misalnya sabu, dapat menyebabkan perkembangan psikosis dan kerusakan organ, yang akan bertahan lama setelah seseorang berhenti menggunakan narkoba.
Dilansir dari Very Well Mind, jenis narkoba lainnya punya efek sama bahayanya. Kokain, misalnya, bisa berpindah dari ibu ke ASI dan bayi sangat sensitif terhadap zat-zat ini. Bayi yang terpajan kokain melalui ASI dapat mengalami lekas marah yang ekstrem, gemetaran, muntah, dan diare.
Sementara, konsumsi ganja ketika menyusui membawa kekhawatiran bahwa efek neurotransmitter dari tetrahydrocannabinol (THC) dapat mempengaruhi sistem saraf anak. Satu studi jangka panjang menemukan bahwa sering digunakan (setiap hari atau hampir setiap hari) dapat menyebabkan keterlambatan perkembangan motorik.
Lain lagi dengan efek metadon. Narkoba yang sering digunakan untuk terapi kecanduan heroin ini dapat menyebabkan sedasi, depresi pernapasan, dan penarikan pada bayi yang menelannya melalui ASI. Pada dosis yang lebih tinggi, ini sudah cukup untuk menyebabkan kematian. Konsentrasi metadon harus dipantau dalam ASI ibu dan darah bayi jika ibu mengonsumsi lebih dari 20 miligram metadon sehari.