TEMPO.CO, Jakarta - Kemeriahan Natal yang penuh sukacita dan kedamaian dirasakan semua yang merayakan, tak terkecuali Puteri Indonesia Lingkungan 2019 Jolene Marie Rotinsulu. Terlebih perempuan berdarah Manado dan Amerika Serikat ini mengemban misi khusus perdamaian, semangat positif, dan toleransi, sebagai Top 8 Miss International yang terpilih pada November lalu.
Menurut Jolene, Indonesia ialah negara yang majemuk dan beragam. Jika merujuk sejarah, Indonesia bisa memiliki toleransi tinggi dengan keberagamannya. Tapi kadang-kadang terjadi kesalahpahaman karena ulah provokasi segelintir orang.
"Kadang kita temukan banyak hal yang intoleran atau kesalahpahaman, jadi di situlah tugas besarnya," ucap perempuan kelahiran 15 Mei 1996 saat ditemui Tempo.co di Kantor Yayasan Puteri Indonesia di Jakarta, Senin, 23 Desember 2019.
Putri dari pasangan Roy Gustaf Rotinsulu dan Allery Lee Cholock ini
percaya bahwa jika ingin menjadi role model berbuat baik bagi orang tanpa promosi, harus memulai dari diri sendiri.
Jolene Marie Rotinsulu mengajak semua pihak agar membawa pesan perdamaian dalam banyak kondisi termasuk saat perayaan Natal. Ia menyayangkan masalah perdebatan ucapan Hari Natal masih kerap terjadi baik dalam keseharian termasuk di media sosial.
Menurut Jolene, keluarganya punya keberagaman agama tapi bisa saling memahami. "Ada keluarga (om dan Tante) saya yang Kristen dan Islam tapi kami sejak kecil diajari oleh Opa saya buat toleransi. Sampai kini ajaran Opa tetap kami jalani dengan baik," kata dia.
Rasa toleransi juga dirasakan Jolene saat ia berada di kampung halamannya, Manado Sulawesi Utara. Menurut dia, para penduduk kota itu bisa saling melengkapi khususnya saat menyambut hari raya. "Kami semua gantian bergotong royong buat saling bantu. Tidak ada yang namanya saling menjatuhkan tapi berjalan bersama," ucap Jolene.
Harapan Jolene agar masyarakat jangan terus berdebat di wilayah tersebut. Agama bagi Jolene ialah masalah personal, tak perlu terus berlarut dalam perdebatan, cukuplah respect dan menghormati satu sama lain. "Jadi maksud saya jika kita menjalani agama kembali ke personal, di sisi lain sebagai warga negara kita mengemban tugas dengan baik," kata dia.