TEMPO.CO, Jakarta - Kebanyakan anak masa kini menghabiskan waktu bermain gawai berjam-jam sehingga mengorbankan waktu untuk melakukan eksplorasi, misalnya bergerak, berlari, dan berinteraksi dengan orang sekitar.
Kerugian lain dengan bermain gawai tanpa terkontrol adalah waktu istirahat anak berkurang yang berdampak untuk perkembangan fisik, dan menurunkan kesempatan anak mengembangkan kemampuan berpikir.
Paparan gadget dan teknologi juga dialami juga terjadi di keluarga Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan dan istri, Fery Farhati Ganis. Namun, menurut Fery, hal negatif teknologi bisa dicegah dengan mengontrol pemakaiannya.
Fery mengatakan, ia menerapkan prinsip anak tidak boleh punya gawai sampai SMP. "Jadi kami hanya bawakan HP (handphone) lama yang buat SMS dan telepon untuk keperluan antar jemput sekolah. Kalau anak pertama sudah kuliah jadi bisa pakai HP," ujar Fery saat ditemui di Rumah Dinas Gubernur DKI Jakarta, Selasa 17 Desember 2019.
Ibu tiga anak ini memiliki batasan penggunaan gawai yang disebut dengan istilah screen time, mulai nonton televisi, tablet, komputer, dan HP. "Anak-anak bisa screen time kalau setiap Jumat pulang sekolah, Sabtu, dan Minggu. Hari sekolah tidak memakainya," ucap ibu 49 tahun ini.
Baca Juga:
Fery dan anak-anak menyepakati screen time di luar waktu yang sudah ditentukan bersama, misalnya hanya kalau ada tugas atau tugas kelompok bersama teman-temannya. "Tapi batasan ini bukan untuk mempersulit mereka kok, kadang sesekali si hari libur anak saya paling kecil izin pinjam HP ke saya," ucap dia.
Lalu bagaimana cara kontrol yang anak-anak akses dari teknologi? Alumnus S2 Sekolah Ilmu Keluarga, Konsumen, dan Nutrisi Universitas Illionis Utara Amerika Serikat ini mengatakan meski tahu password sosial media anak-anak Fery tak mau mengikuti terlampau jauh.
"Jadi intinya bukan kontrol secara langsung ya tapi masalah trust. Saya selalu tanamkan sama anak-anak, saya percaya sama mereka kalau mereka bisa jaga diri. Sebab kalau anak dicurigai malah akan cari-cari," ucap Fery.
Namun, kepercayaan yang sudah diberi jangan sampai hilang karena akan sulit membangunnya. "Kalau saya terus terang sama mereka, bilang, 'Mama khawatir anak-anak kalau main komputer sendirian di kamar, karena apa pun bisa terjadi.' Jadi kalau ada masalah atau melihat sesuatu, dia pasti lapor," ucap ibu dari Mutiara Annisa Baswedan, Mikail Azizi Baswedan, Kaisar Hakam Baswedan, dan Ismail Hakim Baswedan ini.
Sebagai contoh, ketika anak pertamanya, Mutiara, mengatakan ada rapat sampai malam bersama organisasinya maka diberi izin dan kepercayaan. "Terkadang malah saya suruh nginap rumah di teman yang dekat dan saya tahu orang tuanya," kata dia.
Jadi menurut Fery tidak perlu sampai ngintip-ngintip apa yang dilakukan mereka dan bikin anak tidak percaya. "Anak perlu merasa kalau dia bisa dipercaya," ujar dia.