TEMPO.CO, Jakarta - Air ternyata bisa menyebabkan alergi, disebut dengan Aquagenic urticarial. Meski langka, alergi air harus diwaspadai karena dapat menyerang siapa saja, baik pria maupun wanita. Dari 50 kasus yang terlaporkan, pasien wanita lah yang mendominasi.
Alergi ini menyebabkan kondisi gatal-gatal yang tipenya beragam. Satunya adalah akuagenik, yang menyebabkan timbulnya rasa gatal dan ruam pada kulit, setelah Anda terkena air.
Dalam sebuah laporan, alergi air dianggap sebagai kondisi medis yang sangat langka. Jumlah yang terdaftar dalam literatur medis, tidak melebihi angka 100 kasus.
Hingga saat ini, penyebab alergi air masih misterius alias belum diketahui oleh para peneliti. Beberapa dari mereka berspekulasi, alergi air diakibatkan oleh zat kimia bernama klorin, yang terkandung di dalam air.
Sumber air yang bisa menyebabkan munculnya gejala alergi air sangatlah beragam, meliputi keringat, air mata, air hujan, dan salju.
Dengan kata lain, aktivitas mandi atau berenang, berpotensi menimbulkan gejala-gejala alergi air, yang tentu bisa sangat mengganggu aktivitas penderitanya.
Gejala yang timbul akibat alergi air ini disebabkan oleh pelepasan histamin dalam tubuh Anda. Sebab, di saat mengalami alergi, sistem kekebalan tubuh akan melepaskan histamin sebagai respons untuk melawan zat berbahaya. Pada akhirnya, histamin ini dapat memicu gejala alergi.
Alergi air dapat menyebabkan ruam yang gatal dan menyakitkan, jika digaruk. Biasanya, ruam ini akan muncul di bagian leher, lengan, dada, hingga seluruh bagian tubuh lainnya.
Setelah beberapa menit terekspos dengan air, para penderita alergi air akan mengalami beberapa gejala eritema (munculnya warna merah pada kulit), sensasi terbakar, munculnya lesi (jaringan abnormal pada tubuh), dan peradangan kulit.
Dalam kasus yang lebih parah, meminum air putih saat haus, dapat menimbulkan beberapa gejala mengerikan, seperti ruam di sekitar mulut, sulit menelan, sulit bernapas, dan sesak napas atau mengi.
Namun, setelah pasien mengeringkan tubuhnya, gejala-gejala dari alergi air akan mulai menghilang dalam kurun waktu 30-60 menit.
Bagaimana mendiagnosis alergi air? Biasanya dokter akan melakukan pemeriksaan tes fisik, dengan melihat ciri-ciri gejalanya, serta mengoleskan air pada tubuh pasien.
Dalam tes diagnosis tersebut, dokter akan mengompreskan kain hangat (35 derajat Celcius) ke bagian atas tubuh pasien. Hal ini dilakukan, untuk memancing timbulnya reaksi gejala-gejala alergi air. Umumnya, gejala akan muncul sekitar 15 menit kemudian.
Selama 20 menit, bagian atas tubuh pasien akan dikompres dengan kain hangat. Jika memang gejala-gejala alergi air muncul, maka dokter akan segera memberikan rekomendasi penanganan dan pengobatannya.
Dokter akan mencatat segala reaksi yang terjadi pada tubuh Anda, setelah terkena air, kemudian membandingkannya dengan kemungkinan kondisi medis lainnya.
Tidak ada obat untuk menyembuhkan alergi air. Namun, ada beberapa pengobatan yang bisa dilakukan untuk mencegah kemunculan gejala alergi air.
Pengobatan dengan antihistamin bisa dilakukan, untuk mencegah timbulnya gejala yang disebabkan oleh alergi. Namun, obat-obatan antihistamin harus diresepkan oleh dokter, untuk mendapatkan dosis yang tepat. Biasanya, obat antihistamin akan dikonsumsi, setelah kulit penderitanya terkena air.
Jika gejalanya sudah parah, sampai membuat sulit bernapas, dokter akan merekomendasikan injeksi epinefrin. Alat berbentuk pulpen ini bisa meningkatkan tekanan darah untuk meredakan pembengkakan dan gatal-gatal. EpiPens juga membantu paru-paru yang menyempit untuk berfungsi kembali.
Menghindari air sepenuhnya adalah hal yang tidak mungkin bagi manusia. Jika Anda sudah didiagnosis dengan alergi air, maka lakukan hal-hal seperti mandi dengan durasi yang lebih cepat dan lebih jarang, menggunakan pakaian lembap, hingga perhatikan cuaca yang bisa memicu keringat berlebih.