TEMPO.CO, Jakarta - Paula Verhoeven saat ini tengah hamil 36 minggu. Dokter memprediksi hari perkiraan lahir atau HPL bayi Paula pada 25 Desember 2019. Namun, belum sampai HPL, Paula dibuat panik karena merasakan kram dan mulas di perut bagian bawahnya.
“Perut aku nggak enak, kayak mules, kayak nggak enak gitu. Apa aku ke rumah sakit aja?” kata Paula ketika menelepon suamiya, Baim Wong, dalam unggahan terbaru YouTube Baim Paula, Rabu, 18 Desember 2019.
Baca Juga:
“Kayak kram tapi datang dan pergi gitu,” dia menambahkan.
Baim Wong yang baru selesai bekerja, langsung panik. Dia pun segera menuju rumah sakit yang akan didatangi Paula di daerah Menteng. Sesampainya di sana, Paula beristirahat di kamar perawatan. Namun karena tak ada kemajuan yang berarti, mereka akhirnya memutuskan pulang.
Keesokan harinya Paula dan Baim kembali ke rumah sakit untuk menemui dokter anak. Mereka menceritakan kram dan mulas yang dialami Paula. Dokter menyimpulkan bahwa itu adalah kontraksi palsu.
Ketika mendekati HPL, ibu hamil seperti Paula Verhoeven akan mengalami kram pada perut. Kadang-kadang kondisi ini bikin panik karena banyak ibu yang tidak dapat membedakan kontraksi sungguhan dengan Braxton-Hicks alias kontraksi palsu. Apalagi ibu yang baru pertama kali hamil.
Braxton-Hicks biasanya tidak terlalu sakit, rasanya mirip dengan kram menstruasi. Lalu, bagaimana membedakan Braxton-Hicks dengan kontraksi sungguhan?
Dilansir dari laman What to Expect, ada beberapa perbedaan antara kontraksi palsu dengan yang nyata. Pertama, Braxton-Hicks biasanya tidak teratur datangnya dan tidak progresif atau frekuensinya bertambah dan lebih terasa sakit. Kontraksi palsu juga lebih terasa di perut bagian bawah, bukan di punggung bawah yang biasanya dialami ibu yang akan melahirkan.
Kontraksi palsu juga bisa hilang jika ibu mengubah posisi atau aktivitas. Jadi, disarankan ibu berbaring miring untuk melihat apakah kontraksinya berhenti. Tanda lain kontraksi palsu biasanya diikuti dengan gerakan bayi.
Selain tanda-tanda tersebut, kontraksi palsu juga biasanya tidak diikuti dengan petunjuk darah. Petunjuk darah bisa berupa lendir dengan noda darah atau berwarna merah muda.
Kadang-kadang ibu juga sulit membedakan antara keluarnya urine dan air ketuban. Cairan urine biasanya berbau seperti amonia dan alirannya bisa berhenti. Sedangkan cairan ketuban tidak berbau. Jika ketuban pecah, cairannya akan terus keluar. Anda tidak bisa menghentikannya seperti ketika buang air kecil.
Tanda-tanda pra-persalinan seperti yang dialami Paula Verhoeven bisa terjadi dalam hitungan jam, hari, bahkan minggu dengan tanda yang berbeda pada setiap orang. Jika merasa tidak nyaman atau khawatir, jangan ragu menemui dokter.