TEMPO.CO, Jakarta - Tak hanya ibu, para ayah pun sering mendapatkan komentar negatif tentang pengasuhan anak atau dad shaming. Ironisnya, pelaku dad shaming kebanyakan adalah para ibu atau istrinya sendiri.
Hal itu diungkapkan psikolog anak Saskhya Aulia Prima dari Tiga Generasi di acara MyBabyMomversity di Jakarta, Kamis, 5 Desember 2019. Menurut dia, dad shaming adalah kritik pengasuhan terhadap ayah tanpa memperhatikan kondisi dia seperti apa. Ini tidak hanya dialami selebriti di media sosial, tapi juga para ayah di rumah.
Dad shaming membuat ayah jadi tidak percaya diri untuk mengasuh anak. Akibatnya, ayah memilih menghindar dari tanggung jawab pengasuhan dan menyerahkannya pada ibu karena takut salah. Hal ini tentu akan berpengaruh pada kesejahteraan anak.
“Semua yang dilakukan ayah dikomentarin. Maksudnya memang baik, ibu ingin membuat anak nyaman,” kata Saskhya di acara Momniversity yang digelar My Baby di Jakarta, Kamis, 5 Desember 2019.
Saskhya mengatakan, secara naluriah ibu memiliki keahlian lebih baik dalam pengasuhan anak. Namun, ayah juga butuh waktu sendiri untuk menciptakan bonding dengan anak. Hanya saja kadang-kadang ayah tidak tahu caranya seperti apa sehingga perlu diberi tahu.
“Setiap ayah berbeda. Ada yang langsung mau bantuin meski tidak diminta, tapi ada pula yang tak tahu apa yang bisa dilakukan jadi kelihatan tidak peduli. Jadi ibu juga perlu nge-boost ayah supaya bisa engage, lima menit saja cukup. Cuekin saat ayah bersama anak. Lalu puji apa yang telah dia lakukan,” kata dia.
Kalaupun ayah melakukan ada yang salah dengan cara pengasuhannya, ibu bisa memberi tahu. Tapi teknik berbicara pun harus diperhatikan. Biasanya, para ibu berfokus pada kesalahan yang dilakukan ayah tanpa mencari tahu alasannya melakukan kesalahan tersebut.
“Fokusnya bukan pada suami yang salah total. Pakai (gaya komunikasi) I-message. Misalnya, ‘Aku butuh kamu...’ sehingga dia tahu apa yang harus dilakukan,” kata dia.
Selain itu, perhatikan waktu yang tepat untuk berbicara. Jangan ketika ayah pulang kerja dalam kondisi lelah. Ibu dan ayah juga perlu maintenance interkasi, sebagai pasangan maupun sebagai orang tua.