TEMPO.CO, Jakarta - Pernyataan Agnez Mo bahwa dia bukan berdarah Indonesia dalam sebuah wawancara media sosial mengundang pro dan kontra. Ada yang mengatakan Agnez Mo seperti kacang lupa kulitnya, tapi ada juga yang mengatakan bahwa itu adalah fakta.
Psikolog Nuzulia Rahma Tristinarum mengatakan tak mudah menilai seseorang berdasarkan satu pernyataan saja, melainkan banyak hal lainnya.
Baca Juga:
"Di antaranya bagaimana kepribadian dia, bagaimana value yang ada pada dirinya, bagaimana value atau sikap yang ditanamkan orang orang terdekatnya, dan bagaimana masyarakat memperlakukannya," kata Nuzulia kepada Tempo.co, Kamis 28 November 2019.
Dalam kasus Agnez Mo misalnya, Nuzulia menyarankan sebelum menilai, perlu bertanya dulu, sudahkah kita melihat video secara keseluruhan? Bukan hanya penggalan video. Apalagi hanya melihat status-status media sosial yang berseliweran dari orang lain lalu ikut ikut menilai. Ini artinya penilaian kita impulsif dan subjektif.
"Sudahkah kita juga melihat dari berbagai data pendukung? Contohnya video-video wawancara dia. Bukan hanya dari satu video saja. Apakah ada kata-katanya yang dipengaruhi diksi, kosa kata, tata bahasa? Perlu juga dilihat dari sudut pandang arti bahasa," lanjutnya.
Perlu dilihat juga apakah kesehariannya atau sikapnya sebelumnya menunjukkan hal yang sama atau sebaliknya? Dan perlu dilihat dari berbagai data lainnya.
"Memang sebenarnya tidak mudah memberikan penilaian untuk menjadi sebuah kesimpulan yang objektif. Tetapi kita sama-sama perlu belajar untuk itu agar tidak mudah ikut-ikutan arus," kata Nuzulia, menyarankan.
Nuzulia mengatakan, berkarier go international seperti Agnez Mo memang butuh persiapan mental yang lebih. Hal itu bisa dilakukan dengan berbagai cara, salah satunya adalah dengan memberi makna pada aktivitasnya, memberi makna pada kesuksesannya.
"Misalnya, jika orang tersebut memaknai bahwa kesuksesan yang diraihnya pasti ada support atau doa dari orang lain atau masyarakat, tentu dia akan lebih menghargai orang lain dan masa lalunya," ucapnya.
Selain itu, ketika menanggapi pertanyaan sensitif dan berpotensi kontroversial dalam sebuah wawancara, sebaiknya tidak langsung ditanggapi.
"Jika terpaksa harus ditanggapi dengan cepat maka sebaiknya dipikirkan dulu pemilihan kata-katanya sehingga tidak menimbulkan salah paham," ucap Nuzulia.
Lalu persiapan mental lainnya adalah siap menghadapi apa pun konsekuensinya yang mungkin tak terduga, juga siap melakukan langkah bijak dalam menetralisasi keadaan.