Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Raih Penghargaan, Empat Perempuan Ini Mendobrak Stigma Peneliti

Editor

Mila Novita

image-gnews
Empat perempuan peneliti (ki-ka) Widiastuti Karim, Swasmi Purwajanti, Osi Arutanti, dan Ayu Savitri Nuriansyah meraih L'Oral- UNESCO For Women in Science 2019- National Fellows di Jakarta, Selasa 26 November 2019. (TEMPO/Eka Wahyu Pramita)
Empat perempuan peneliti (ki-ka) Widiastuti Karim, Swasmi Purwajanti, Osi Arutanti, dan Ayu Savitri Nuriansyah meraih L'Oral- UNESCO For Women in Science 2019- National Fellows di Jakarta, Selasa 26 November 2019. (TEMPO/Eka Wahyu Pramita)
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Organisasi Pendidikan, Keilmuan, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa atau UNESCO menyebutkan rata-rata porsi perempuan peneliti di dunia hanya 30 persen dari total peneliti. Proporsi yang tidak seimbang itu juga berlaku di Indonesia. 

Dari jumlah yang sedikit itu, ada Swasmi Puwajanti, Ayu Savitri Nurinsiyah, Osi Arutanti, dan Widastuti Karim yang selama ini mengabdi demi kemajuan Indonesia di bidang ilmu pengetahuan. Keempat perempuan peneliti ini dianugerahi L’Oréal- UNESCO For Women in Science 2019. 

Swasmi Puwajanti, peneliti dari Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), menanggapi gender gap antara laki-laki dan perempuan dalam bidang penelitian khususnya di bidang nanomaterial yang masih didominasi laki-laki. Kebanyakan perempuan masih mengambil unsur keanekaragam hayati dibanding, misalnya, teknik atau nanomaterial seperti dirinya.

Sementara itu, menyangkut waktu untuk keluarga, yang terpenting bagi perempuan bergelar doktor ini ialah pembagian kerja sama dengan suami yang memang berbeda ranah bidang pekerjaan.

"Simpelnya sih kalau lagi urusan kerja ya kerja meneliti, misal lagi di rumah ya meluangkan waktu secara utuh dengan keluarga baik dengan anak dan suami. Saling kerja sama bagi kami salah satunya suami saya dan anak-anak ikut saya sekolah beasiswa S3 di Australia," ungkap Swasi yang ditemui usai penganugerahaan L’Oréal-UNESCO For Women in Science, Selasa 26 November 2019.

Tak berbeda dengan Swasmi, peneliti dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Ayu Savitri Nurinsiyah mengatakan jika sampai hari ini ia bisa menepis stigma bahwa peremuan peneliti tak bisa membagi waktu antara kerja meneliti dengan keluarga.

Alumni Universitas Padjajaran ini sangat bersyukur mendapatkan pasangan sesama peneliti yang tanpa banyak menjelaskan sudah tahu seperti apa pekerjaannya. 

"Kalau peneliti sudah terlibat dalam bidang penelitian khusus akan menghabiskan banyak waktu di lokasi. Jadi teknisnya kami bergantian saja, misal saya yang lagi ada proyek maka suami jaga anak-anak, sebaliknya jika suami di lapangan maka saya yang menemani anak-anak," ucap ibu dua anak ini.

Sementara itu, Osi Arutanti mengatakan sangat bersyukur kariernya di bidang sains mendapat bimbingan dari para profesor yang memberikan kesempatan bagi perempuan untuk maju menjadi peneliti.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

"Justru mereka lebih mengerti kalau ke perempuan juga suka ada kendala saat sedang mendapat halangan," ucap Osi yang ditemui usai penganugerahaan.

Selain itu, support system dari keluarga besar seperti orang tua juga berlaku bagi peneliti dari sejumlah lembaga ini. Beruntungnya, keluarga Osi tidak membedakan antara perempuan dan laki-laki jadi peneliti. Ayahnya bahkan memintanya sekolah tinggi agar jadi peneliti. "Sebab memang masih ada yang saya tahu, di keluarga teman saya masih ada stigma jika perempuan itu harusnya di rumah saja," imbuhnya.

Peneliti dari Fakultas Kelautan dan Perikanan Universitas Udayana Widastuti Karim meyakini di masa sekarang sudah tak ada lagi stigma kalau perempuan lebih rendah dari laki-laki. "Kalau dulu di jurusan saya perempuan cuma ada 20 sementara laki-laki 100. Lalu sekarang saya jadi dosen jumlahnya fifty-fifty," ucap Widiastuti.

Justru, kata Widiastuti menjadi perempuan peneliti khususnya di masa kini lebih punya banyak kelebihan jika dibanding laki-laki, kalau meneliti lebih tekun. 

"Belum lagi teman-teman laki-laki selama meneliti banyak melindungi dan menolong selama jalannya proses penelitian, kami tidak dibiarkan jalan sendiri," ucapnya ditemui usai penganugerahan L’Oréal-UNESCO For Women in Science di Jakarta, Selasa 26 November 2019.

Keempat pemenang ini, masing-masing akan menerima fellowship sebesar 95 juta rupiah dari L’Oréal Indonesia untuk mewujudkan penelitiannya.

Dilangsungkan sejak tahun 2004, L’Oréal-UNESCO For Women in Science mempunyai misi untuk mengakui, menyemangati, dan mendukung wanita di bidang sains, sehingga semangat perempuan di bidang sains meningkat. 

Umesh Phadke, President Director of L'Oréal Indonesia mengatakan progam ini telah memberikan fellowship kepada 57 perempuan peneliti di Indonesia, lima di antaranya telah menerima penghargaan internasional. 

Iklan

Berita Selanjutnya



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Pengelolaan Hutan Didominasi Negara, Peneliti BRIN Usul Cegah Deforestasi melalui Kearifan Lokal

22 jam lalu

Pemandangan udara terlihat dari kawasan hutan yang dibuka untuk perkebunan kelapa sawit di Kabupaten Kapuas Hulu, Provinsi Kalimantan Barat, Indonesia, 6 Juli 2010. REUTERS/Crack Palinggi/File Foto
Pengelolaan Hutan Didominasi Negara, Peneliti BRIN Usul Cegah Deforestasi melalui Kearifan Lokal

Masyarakat yang tinggal di sekitar hutan seringkali tidak mendapatkan hak akses yang cukup untuk memanfaatkan sumber daya di dalamnya.


Pencabutan Publikasi Penelitian Gunung Padang Tidak Sendiri, Ada 10.000 Lebih Makalah Ditarik pada 2023

2 hari lalu

Wisatawan berkeliling di area teras bawah di situs megalitik Gunung Padang, Desa Karyamukti, Cianjur, 17 September 2014. TEMPO/Prima Mulia
Pencabutan Publikasi Penelitian Gunung Padang Tidak Sendiri, Ada 10.000 Lebih Makalah Ditarik pada 2023

Pencabutan publikasi penelitian Gunung Padang didahului investigasi oleh penerbit bersama pemimpin redaksi jurnal.


8 Hal yang Perlu Diperhatikan sebelum Membeli Kulkas

2 hari lalu

Ilustrasi isi kulkas. shutterstock.com
8 Hal yang Perlu Diperhatikan sebelum Membeli Kulkas

Berikut deretan hal yang perlu diperhatikan sebelum memutuskan untuk membeli kulkas.


Gejala Stroke pada Perempuan dan Faktor Pemicu Serangan

3 hari lalu

Ilustrasi stroke.saga.co.uk
Gejala Stroke pada Perempuan dan Faktor Pemicu Serangan

Secara umum, gejala stroke bisa berupa wajah yang turun, satu lengan lemah, dan bicara cadel. Bagaimana dengan perempuan?


Perludem: Keterlibatan Caleg Perempuan dalam Gugatan PHPU Masih Minim

3 hari lalu

Seorang partisipan menulis harapannya di papan harapan setelah mengikuti jalan sehat caleg perempuan ketika pelaksanaan Hari Bebas Kendaraan Bermotor di Kawasan Bundaran HI Jakartau (30/3). Kegiatan jalan santai serta deklarasi caleg perempuan untuk pemilu 2014 itu mengajak masyarakat untuk memilih caleg perempuan yang membela hak-hak perempuan dan anak.Tempo/Dian Triyuli Handoko
Perludem: Keterlibatan Caleg Perempuan dalam Gugatan PHPU Masih Minim

Perludem menemukan adanya tingkat yang amat rendah dalam persoalan keterwakilan perempuan dalan pengajuan gugatan PHPU ini.


Perempuan di Gaza Melahirkan Tanpa Air

3 hari lalu

Perempuan Palestina menggending kedua anaknya saat keluarga mereka tinggal di sekolah PBB di Gaza (3/9). AP/Khalil Hamra
Perempuan di Gaza Melahirkan Tanpa Air

UN Women melaporkan situasi terkini bagi perempuan di Gaza yang kekurangan makanan dan air, serta dampaknya bagi kehidupan mereka.


9 Negara Teraman untuk Solo Traveling Perempuan dari Srilanka hingga Selandia Baru

6 hari lalu

Sigiriya, Matale, Sri Lanka. Unsplash.com/Dating Scout
9 Negara Teraman untuk Solo Traveling Perempuan dari Srilanka hingga Selandia Baru

Beberapa negara dikenal relatif aman dan mudah dijelajahi bagi perempuan yang mencari petualangan dengan solo traveling


6 Tips Memberi Tahu Anak soal Masalah Keluarga

9 hari lalu

Ilustrasi Ibu dan Anak. Sumber: Getty/mirror.co.uk
6 Tips Memberi Tahu Anak soal Masalah Keluarga

Ketika ada masalah keluarga, penting bagi orang tua untuk memberitahu anak dengan cara yang baik dan sesuai usianya.


Kajian Peneliti BRIN Ihwal Kekeringan Ekstrem di Kalimantan, Greenpeace: Dipicu Deforestasi

9 hari lalu

National Aeronautics and Space Administrationcode (NASA) atau Badan Penerbangan dan Antariksa Amerika Serikat menyoroti perubahan kawasan hutan di Kalimantan setelah adanya pembangunan Ibu Kota Nusantara atau IKN. Foto : NASA
Kajian Peneliti BRIN Ihwal Kekeringan Ekstrem di Kalimantan, Greenpeace: Dipicu Deforestasi

Wilayah yang paling terdampak risiko kekeringan ekstrem, adalah Ibu Kota Negara atau Nusantara.


Parlemen Gambia Atur Hukuman untuk Pelaku Mutilasi Alat Kelamin Perempuan

10 hari lalu

ilustrasi Sunat
Parlemen Gambia Atur Hukuman untuk Pelaku Mutilasi Alat Kelamin Perempuan

Anggota parlemen Gambia berencana melakukan sebuah pemungutan suara untuk sebuah proposal yang akan melarang mutilasi alat kelamin perempuan