TEMPO.CO, Jakarta - Beberapa orang atau pemimpin yang sukses di dunia kerja atau usaha kadang tidak memiliki kecerdasan yang luar biasa. Tapi di sisi lain, ada juga orang yang sangat pintar namun kariernya hanya di situ-situ saja. Bisa jadi golongan yang terakhir ini memiliki kecerdasan emosional yang tinggi.
Kecerdasan erat kaitannya mengaitkannya dengan nilai IQ yang tinggi atau kepintaran di bidang tertentu, seperti matematika misalnya. Kepintaran ini sebenarnya adalah kecerdasan umum. Di sekolah-sekolah kecerdasan umum ini sangat ditekankan, agar seorang anak sukses di masa depannya nanti. Padahal di sisi lain ada kecerdasan yang tak kalah pentingnya untuk dipelajari, yaitu kecerdasan emosional.
Baca Juga:
Kecerdasan emosional adalah istilah yang baru muncul di sekitar tahun 1990-an. Tak heran namanya tidak sepopuler kecerdasan umum atau Intelligence quotient (IQ). Istilah kecerdasan emosional sendiri adalah mengacu pada kemampuan seseorang untuk mengenali, memahami, dan mengelola perasaannya sendiri. Bahkan orang-orang dengan kecerdasan emosional yang tinggi dapat memengaruhi emosi atau perilaku orang lain.
Ciri-ciri orang memiliki kecerdasan emosional yang baik
Orang yang memiliki kecerdasan emosional atau emotional intelligence (EQ) bahkan sering tidak menyadari bahwa mereka memiliki kemampuan tersebut sehingga tidak dapat menjelaskannya secara konkrit. Namun, ciri-ciri emotional intelligence dapat dilihat dari perilaku orang tersebut, misalnya:
- Mudah akrab dengan orang lain di berbagai situasi.
- Terampil dalam memecahkan masalah.
- Punya empati kepada orang lain.
- Berani berkata “tidak”.
- Terbuka dalam mengutarakan perasaannya.
- Pendengar yang baik.
- Mampu memotivasi diri sendiri.
- Bisa memahami perilaku dan tindakan orang lain.
- Dapat menerima kritik konstruktif tanpa tersinggung.
- Tidak mudah menyalahkan orang lain.
- Cepat minta maaf jika salah.
- Jika tersinggung, cepat untuk move on.
- Selalu berpikir sebelum bertindak.
Manfaat memiliki kecerdasan emonisonal
Seperti dlansir dari Fastcompany.com, dari penelitian yang dilakukan oleh Center for Creative Leadership (CCL) di Amerika Serikat, ditemukan bahwa banyak kasus pemecatan para eksekutif di perusahaan disebabkan karena kecerdasan emosional yang kurang. Kekurangan ini membuat para eksekutif tersebut sulit bekerja sama dengan orang lain, memiliki kemampuan interpersonal yang buruk, dan sulit menghadapi perubahan. Dan kekurangan ini tidak ada pada mereka yang memiliki emotional intelligence tinggi.
Beberapa manfaat yang bisa Anda dapatkan dengan memiliki kecerdasan emosional di dunia kerja adalah.
1. Terbuka dalam menerima kritik
Sering kali kritik terdengar menyakitkan dan membuat kita terpancing untuk emosi. Namun dengan kecerdasan emosional yang baik, Anda bisa menerima masukkan dan memerbaiki diri tanpa harus terbawa emosi.
2. Tidak ceroboh dalam mengambil keputusan
Karena mampu mengendalikan emosi, Anda dapat membuat keputusan tepat yang berdasarkan logika dan penalaran yang baik tanpa harus dipengaruhi oleh perasaan.
3. Mampu bekerja sama dalam tim
Kemampuan berkomunikasi yang baik adalah sudah menjadi salah satu ciri khas orang yang memiliki EQ tinggi. Dengan kemampuan komunikasi yang baik Anda dapat bekerja sama dengan rekan kerja. Selain itu, kemampuan untuk memahami perilaku dan emosi orang lain membuat Anda disenangi oleh rekan kerja.
4. Bisakah Kecerdasan Emosional Dipelajari?
Beberapa orang terlahir dengan emotional intelligence yang baik. Namun, kabar baiknya kemampuan ini bisa Anda pelajari. Tetapi Anda membutuhkan usaha yang sungguh-sungguh untuk mempelajarinya.
Cara meningkatkan kecerdasan emosional yang bisa Anda lakukan adalah dengan melatih kemampuan interaksi dan komunikasi Anda dengan orang lain, melatih sifat rendah hati dengan cara membiarkan orang lain bersinar atas pencapaiannya atau belajar mencapai tujuan Anda tanpa mengincar pujian dan perhatian dari orang lain.M Mulailah melatih rasa empati terhadap keadaan orang lain. Belajar mengelola stres dan berlatih untuk tenang saat berada di posisi yang membuat Anda marah atau emosi, belajar menerima kritik membangun dengan lapang dada, melatih diri untuk tidak selalu menyalahkan orang lain, serta belajar menghargai pendapat orang lain.