TEMPO.CO, Jakarta - Orang tua sering memberikan anak mainan sebagai reward atau hadiah atas pencapaiannya. Tapi, ternyata memberi anak mainan pun sebaiknya tidak setiap saat. Ada momen-momen tertentu yang lebih tepat, misalnya saat kenaikan kelas atau ulang tahun.
Bolehkah anak diberikan mainan agar anak mau melakukan sesuatu, misalnya memancaing anak agar rajin sekolah?
Psikolog klinis Fabiana Pratomo mengatakan pemberia reward adalah apresiasi dari orang tua dan ada usaha dari anak untuk mendapatkan mainan itu. "Namun itu semua kembali ke nilai-nilai keluarga yang pasti berbeda, ya. Ada yang memberlakukan reward, ada juga yang tidak," papar psikoFebiana yang ditemui usai peluncuran 50 mainan edukatif ELC di Jakarta, Selasa, 12 November 2019.
Febiana menambahkan terkadang masih ada perasaan tidak tega, khususnya bagi orang tua yang bekerja. Alhasil, mereka menjadikan mainan sebagai kompensasi atau reward karena kurang waktu bersama.
Tak hanya itu, cara orang tua menunjukkan kasih sayang dengan love language juga berbeda dibandingkan memberi gift. "Jadi, dilihat lagi kebutuhan anak. Sebab belum tentu anak butuh gift, tapi lebih kepada kehadiran dan main bersama dengan orang tua," tutur psikolog dari Rumah Dandelion ini.
Jangan lupa, lanjut Febiana, beri anak pengertian akan message atau nilai fungsi mainan untuk apa, sesuaikan dengan momen, misalnya kenaikan kelas atau ulang tahun.
"Tidak setiap saat, misalnya lagi jalan minta dibelikan mainan, lalu bisa ajarkan nabung untuk beli mainan yang dibutuhkan, bukan diinginkan. Donasikan pula mainan yang sudah lama," pungkas Febiana.
EKA WAHYU PRAMITA