TEMPO.CO, Jakarta - Narsistik merupakan gangguan kepribadian yang mementingkan citra diri. Orang-orang narsistik memiliki kebutuhan ekstrem akan perhatian dan kekaguman yang berlebihan.
Gangguan kepribadian ini dinilai negatif. Sebab, orang narsistik hanya berfokus pada dirinya sendiri dan menganggap orang-orang di sekitarnya tidak penting.
Namun, narsistik juga ada positifnya. Menurut studi tim peneliti di Queen's University Belfast, orang-orang narsistik lebih kebal terhadap depresi dan stres. Sikap mereka yang kurang empati dan mementingkan diri sendiri dapat membantu melindungi diri untuk melawan masalah kesehatan mental.
Studi yang diterbitkan dalam jurnal ilmiah Personality and Individual Differences dan European Psychiatry ini melibatkan 700 responden dari tiga studi terpisah. Para responden diminta untuk mengisi kuesioner yang terdiri dari pertanyaan yang mengukur narsisme subklinis, ketangguhan mental, gejala depresi, dan stres yang dirasakan.
Para peneliti menguraikan dua bentuk narsistik yang paling dominan, yaitu rentan dan muluk. Narsistik yang rentan cenderung lebih defensif dan memandang perilaku orang lain sebagai permusuhan, sedangkan narsistik yang muluk biasanya memiliki perasaan penting yang berlebihan dan keasyikan dengan status dan kekuasaan.
Sifat-sifat narsistik muluk ternyata memiliki hubungan dengan kesehatan mental. Menurut para peneliti, orang narsistik muluk menunjukkan kepercayaan diri dan orientasi tujuan yang dikaitkan dengan risiko sangat rendah mengalami gejala depresi atau stres.
Penelitian ini menunjukkan bahwa narsistik tak selalu buruk. Tapi bukan berarti sifat ini selalu baik. Gangguan kepribadian narsisistik dapat menimbulkan keterbatasan dan masalah dalam hidup Anda. Ini dapat berdampak negatif pada pekerjaan, sekolah, dan hubungan Anda. Meski tak dapat disembuhkan, gangguan ini dapat dikelola dan diterapi.