TEMPO.CO, Jakarta - Ikan asin termasuk yang bersifat karsinogenik. Suatu hal dikatakan sebagai karsinogen, apabila dinilai dapat memicu timbulnya sel kanker di jaringan. Tidak ada salahnya jika Anda sesekali mengonsumsi ikan asin dan dalam jumlah yang sewajarnya. Namun jangan sampai berlebihan karena bisa memicu kanker.
Metode mengasinkan, sebenarnya adalah cara lama yang digunakan untuk mengawetkan tangkapan hasil laut, saat lemari pendingin dan es belum ditemukan. Saat ini, produksi ikan asin tidak melulu soal mengawetkan, namun lebih kepada memenuhi selera santapan.
Sesuai namanya, ikan asin mengandung banyak sekali garam. Jauh lebih banyak dari rekomendasi harian yang hanya 5 gram per hari. Jika terlalu banyak mengkonsumsi garam telah lama dikaitkan dengan berbagai gangguan kesehatan, termasuk kanker. Sementara ikan asin, dikaitkan dengan kenaikan risiko kanker lambung dan kanker nasofaring.
Ikan asin dan kanker lambung
Mengonsumsi makanan yang mengandung terlalu banyak garam, akan meningkatkan risiko seseorang terkena kanker lambung. Semakin sering dan semakin banyak garam yang dikonsumsi, maka risikonya juga akan lebih tinggi.
Garam dapat merusak dinding lambung dan menyebabkan lesi atau perlukaan, yang jika terus dibiarkan bisa berkembang menjadi kanker. Selain itu, garam juga dapat memperburuk kondisi infeksi akibat bakteri H. pylori, yang juga merusak lapisan dinding lambung.
Ikan asin dan kanker nasofaring
Ikan asin juga disebut dapat memicu timbulnya kanker nasofaring. Hal ini disebabkan oleh komponen N-nitroso yang terbentuk saat proses produksi ikan asin. Hubungan antara ikan asin dan kejadian kanker nasofaring, juga telah diteliti menggunakan hewan uji. Hasilnya, ikan asin terbukti dapat memicu terbentuknya kanker di tubuh hewan tersebut.
Jenis ikan asin yang dijadikan sebagai bahan penelitian untuk melihat hubungannya dengan risiko kanker nasofaring adalah ikan asin dari Cina Selatan, yang diolah dengan dua cara, yaitu melalui fermentasi dan penggaraman.
Sama halnya dengan risiko kanker lambung, risiko kanker nasofaring pada konsumsi ikan asin juga begantung pada frekuensi dan lamanya Anda mengonsumsinya. Jika Anda tidak sering-sering makan ikan asin dan jumlahnya tidak banyak, maka risiko kanker tentu tidak akan besar. Denganmembatasi konsumsi ikan asin adalah kunci menghindari risiko kanker, bagi Anda yang menggemari makanan ini.
Metode pengawetan makanan lainnya juga bisa picu kanker
Tidak hanya metode dengan penggaraman, makanan yang diawetkan dengan metode lain, juga dapat memicu kanker kolorektal. Terutama, pengawetan yang dilakukan dengan cara menambahkan bahan kimia tertentu ke makanan, seperti pada sosis maupun produk daging olahan lainnya.
Produk daging olahan, kaya akan kandungan lemak, protein, dan zat besi hewani. Ketiganya, merupakan komponen yang bisa memicu perkembangan sel-sel tumor (tumerogenesis). Terlebih lagi, daging olahan tersebut biasanya dimasak dengan suhu yang tinggi. Hal ini membuatnya rentan terpapar dengan komponen-komponen yang bersifat karsinogenik.
Agar terhindar dari risiko kanker, menjalani pola makan yang sehat tentu harus dilakukan. Mulailah mengkonsumsi makanan yang kaya antioksidan. Misalnya sayur maupun buah. Antioksidan dapat memperkuat sistem imun tubuh, dan membantu melindungi kita dari sel-sel kanker.
Dengan menambah porsi buah dan sayur, juga bisa membantu Anda memenuhi kebutuhan serat harian. Serat berperan penting untuk menjaga saluran pencernaan tetap bersih dan sehat. Sehingga, komponen penyebab kanker bisa keluar lewat saluran pencernaan, sebelum menyebabkan gangguan di tubuh. Selain itu, mengonsumsi cukup serat juga akan melindungi tubuh dari jenis kanker di organ-organ pencernaan, seperti kanker mulut, kanker lambung, dan kanker tenggorokan.
Pilih makanan yang mengandung lemak sehat. Jika mengonsumsi makanan yang tinggi lemak, akan meningkatkan risiko Anda terkena kanker. Namun, jika lemak yang dikonsumsi adalah lemak sehat, komponen ini jusru akan melindungi tubuh Anda dari kanker. Lemak sehat alami bisa Anda temukan pada ikan, minyak zaitun, kacang-kacangan, maupun alpukat.
Batasi konsumsi gula dan karbohidrat. Terlalu banyak mengonsumsi gula, bisa memicu diabetes. Ingatlah, diabetes adalah salah satu faktor risiko penyebab kanker. Mengonsumsi makanan yang rendah gula juga akan mengurangi risiko Anda terkena kanker kolorektal serta kanker prostat.
Sering mengonsumsi daging olahan yang mengandung banyak bahan kimia, termasuk bahan pengawet, dapat meningkatkan risiko Anda terkena kanker kolorektal hingga 20 persen. Karena itu, lebih baik Anda mengonsumsi daging segar dan pilih daging putih seperti ikan dan dada ayam, dibandingkan dengan daging merah seperti daging sapi atau kambing.
Terakhir, yang tak kalah penting adalah perhatikan cara mengolah. Bahan makanan yang sudah sehat, bisa berubah menjadi tidak sehat apabila cara memasaknya kurang tepat. Oleh karena itu, kurangilah mengolah makanan dengan cara menggoreng menggunakan banyak minyak panas maupun membakarnya. Lebih baik, makanan diolah dengan dikukus, direbus, atau panggang.